30: Pingit Day

240 26 5
                                    

Meong.....meong.....meong.....

Terdengar suara kucing yang semakin lama semakin jelas. Semakin dekat semakin keras.

Meong....meong....meong.....

Kucing itu menimpa tubuh Salma yang sedang tertidur pulas di kamarnya.

"Aduh,"

Salma membuka matanya, melihat ada apa gerangan yang berani-beraninya menimpa tubuhnya. Mengganggu tidurnya di pagi ini. 

"LAH? BOM NGAPAIN LU DISINI????!," ucap Salma yang setengah sadar melihat Bombat disamping tubuhnya.

Kucing itu menyelinap ke dalam selimut Salma.

"Meong....meong....meong....meong....meong......"

yang berarti,

"Pak Fajar nyuekin aku, makanya aku pengin pulang," ucap Bombat dalam bahasa binatang.

"Aish, Si Fajar bener-bener deh. Belum ada satu hari udah dibalikin Bombatnya,"

Perempuan itu menuju dapur mencari Mama Ita, hendak bertanya bagaimana bisa Bombat ada di kamarnya. Di dapur tidak ada, ia lalu menuju ruang tamu. Lengang, tak ada siapapun disana. Salma mengintip lewat jendela rumahnya, Mama Ita sedang berada di teras rumah ternyata.

"Barusan Fajar ke rumah, ngembaliin Bombat. Katanya semalem nggak bisa tidur. Bombat meong-meong terus katanya," ucap Mama Ita yang baru selesai menyiram bunga di halaman.

"Kucing kan meong-meong, masa embek- embek si. Kemarin sok-sokan mau ngerawat. Baru berapa jam udah nyerah," ucap Salma kesal.

"Salma, kamu nanti sama suamimu nggak boleh gitu ya. Harus nurut, harus hormat. Sebagai istri, kita wajib nurut sama suami, yang lemah lembut, jangan galak-galak," tutur Mama Ita menasehati.

"Iya mah," Salma duduk di ruang tamu. Menyimak tabligh dadakan dengan Mama Ita sebagai pengisi acaranya. Masih dengan hoodie putih dan celana jogger, sambil sesekali menguap.

"Kita sebagai istri juga harus menjaga nama baik suami, menjaga kehormatan mereka. Setiap hubungan nggak ada yang sempurna Salma. Tapi kalau mau langgeng, menetaplah dengan satu orang. Menikmati setiap naik dan turunnya hubungan. Belajar bersama-sama dari kesalahan yang dibuat. Kalau ada sesuatu yang mengganjal, bilang. Komunikasikan, ngobrol. " tutur Mama Ita lembut.

"Iya Mama siap laksanakan," timpal Salma sambil menaruh tangannya di pelipis, memperagakan gaya hormat seperti panglima perang.

Merasa sudah cukup dengan ceramah Mama Ita, Salma naik ke lantai dua. Kembali ke kamarnya, bergegas mandi agar bisa sarapan bersama.

"Galak? emang gue galak ke Fajar? ya abisnya Fajar nyebelin banget. Hobinya bikin gue naik darah mulu. Bilangnya mau ngerawat Bombat, eh baru beberapa jam udah nyerah. Tapi kasian juga sih kalau dipikir-pikir, dia selalu kena omel mulu sama gue. Tapi...... semakin gue ngomel itu semakin gue sayang tandanya. Kalo gue diem aja ya berarti gue nggak peduli sama dia. Bahasa cinta gue adalah Misuh, apalagi ke Fajar,"

Salma bermonolog di depan cermin kamar mandinya. Sambil mengoleskan sunscreen dengan SPF 15.

=°=°=°=

"Tadi Fajar ke rumah jam berapa, Mah?" ucap Salma yang sudah wangi mengenakan kaos mickey mouse. Ia duduk di meja makan bersama Mama dan Papanya.

"Kamu ini ke calon suami manggilnya nama doang, Fajar Fajar," tutur Papa Demis bergurau.

"Mau manggil 'kak' tapi kayak aneh gitu Pah. Gimana dong, masa manggil 'adek'?," timpal Salma sambil memasukkan roti tawar ke mulutnya.

"Aa Fajar gitu," ucap Mama Ita tersenyum.
"Tadi Fajar jam enam ke rumah, habis jogging keliling komplek katanya,"

FAJAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang