"uhuk...uhuk...uhuk.... telfonan sama mantan kok seru amat," tutur Syarla sambil menutup mulutnya pura-pura batuk.
"Apaan si Syar,"
"Udah dulu, Jar. Gue mau tidur,""Biasanya juga kita sleep call-an,"
"Inget. Kita udah mantan," kalimat Salma itu jadi kalimat tanda berakhirnya panggilan video bersama Fajar. 10 menit 28 detik. Satu merayu satunya lagi tersipu. Tan.... mantan. Tan....Setan 😈.
"Besok-besok nggak usah pake blush on lu, Sal. Cukup pake gombalan Fajar aja, langsung merah tu pipi!," celetuk Syarla yang gemas dengan obrolan sepasang MANTAN kekasih itu.
"Udah ah, yuk tidur," Salma menarik selimut tebal didepannya. Berusaha memejamkan mata menghilangkan pikirannya yang terus menerus mengarah ke Fajar. Pria yang pernah menghadirkan senyum diwajahnya. Setiap hari, selama sepuluh bulan.
Salma tidak pergi tidur, tapi melamun. Membayangkan seandainya dua tahun lalu dia tidak membuat keputusan sepihak untuk memutuskan hubungan kasihnya. Apa Fajar layak dapat kesempatan kedua?
Salma mendekap guling itu erat. Merasakan heningnya malam tanpa kalimat "good night sayang, jangan mimpi indah. mimpi Fajar aja,".
Sudahlah, sendiri lebih baik bukan?
Bisa kemanapun tanpa izin. Bisa pergi sama siapapun tanpa dicemburui.Tidak juga. Sendiri kadang tidak seindah itu. Sendiri juga sepi. Sendiri juga menyakitkan, kalau urusan jatuh cinta. Seperti Paul yang jatuh cinta sendirian. Kepada sahabatnya, sahabat perempuan terbaiknya, Tuan Putri Mandaya.
"Gue kangen lo, Jar. Kangen kita ngobrol bareng, saling cerita hari ini ngapain aja, jadi pendengar yang baik buat satu sama lain. Kenapa lo nggak pernah minta maaf sejak kejadian itu? gue sakit banget jar. Sakit hati ngeliat lo bohongin gue. Lo tau? gue masuk rumah sakit bukan hanya karena kecapekan aja. Tapi juga karena gue mikirin lo. Lo jahat, Jar. Jahat. " batin Salma memejamkan matanya.
Naas di tengah malam seperti ini ia masih belum bisa tidur. Perempuan 24 tahun itu termenung, terdiam, bernafas, melamun. Lalu menangis tanpa suara.
"Sal? lo belum tidur?," Syarla tiba-tiba terbangun dan mengecek keadaan Salma yang masih terjaga di jam dua dini hari.
"Mmmm belum bisa," ucap Salma buru-buru menyeka matanya yang basah.
"Gue mau ke kamar mandi dulu,"
Salma mengangguk, melanjutkan lamunannya yang terus berputar-putar di kepala.
Selepas dari kamar mandi, Syarla bertanya pelan,
"Are you okay?,"
Salma menggeleng. Merasa ada sesuatu yang menyesakkan di dadanya.
"Kenapa?,"
"Mmmm..... gue salah nggak kalau kangen Fajar?,"
"Ya nggak lah. Lo punya perasaan, dan itu valid. Lo bisa kangen, lo bisa benci, lo bisa seneng ke Fajar. Semua itu normal,"
"Gue ngerasa berharap hubungan antara gue sama Fajar bisa diperbaiki lagi. Karena kita putus pun itu karena gue yang minta. Gue yang maksa putus maksudnya. Gue tutup semua akses dia buat hubungin gue, nemuin gue, gue jahat ya?,"
"Sal,"
"Menurut gue, justru ini waktu yang tepat nggak sih buat kalian ungkapin apa yang selama ini nggak bisa di ungkapin. Maksudnya kalian problemnya di komunikasi tau, kunci hubungan itu komunikasi, ngobrol. Kalau nggak ngobrol ya nggak bakalan ngerti, kan?""Gue pikir ini emang udah jalan Tuhan buat mempertemukan lo sama Fajar. Dalam keadaan terbaik,"
Salma tertegun mendengar penuturan Syarla, apa maksudnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
FAJAR
FanfictionKita punya rencana, tapi Tuhan yang berkehendak. [ kelanjutan dari cerita "SALJAY : LAUGH, MIC & RACKET 🎤🏸💙]