Chapter 7| Khawatir

669 64 8
                                    

Sebagaimana di katakan oleh Hanbin bahwa sahabat dari suaminya yang sudah di anggap oleh Hanbin sebagai adiknya sendiri mau datang ke rumah nya, maka sedari tadi Hao sibuk memeriksa bahan makanan yang tidak ada di lemari persediaan ataupun kulkas nya.

"Sepertinya aku perlu membeli daging dan buah, serta minuman," ujar Hao pada akhirnya setelah selesai memeriksanya.

Tanpa berlama lama di dalam rumah, Hao pun segera mengganti pakaiannya, dan keluar dari rumah nya menuju swalayan yang memang tak terbilang jauh dari rumah nya.

Hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit dengan berjalan kaki ke sana.

'Haruskah aku meminta izin pada nya bahwa aku akan keluar sebentar?' Benak Hao yang sedikit bimbang ketika berada di depan pintu.

Namun pada akhirnya Hao memilih tak mempermasalahkan hal tersebut, lagi pula ia hanya sebentar kesana.

Sejujur nya berbelanja sendiri seperti sekarang yang hendak ia lakukan adalah hal pertama kali bagi Hao, sebab segala kebutuhan di rumah nya selalu Hanbin yang memenuhinya.

Entah karena berfikir Hao sedang sakit, maka tak di perkenankan untuk melakukan sebagian aktivitas, ataupun karena Hanbin memanjakannya.

Ia tak tahu alasan apa yang pas untuk hal itu.

Suasana hati Hao sedang bagus saat ini. Dapat dilihat dari kedua ujung bibirnya yang tertarik sempurna ke atas. 

'Aku harus memasak makanan enak hari ini. Aku harus memperlihatkan keterampilan ku pada Hanbin bahwa sebenarnya aku bisa memasak.' Monolog Hao yang dengan riang gembira berjalan ke arah swalayan yang ia tuju.

.
.

Setelah menghabiskan waktu sepuluh menit seperti perkiraan Hao sebelumnya, maka kini Hao mulai masuk dan mencari bahan bahan yang kurang dimana sebelumnya ia sudah catat.

"Aku membutuhkan ini," ujar Hao saat menemukan bahan yang ia butuhkan.

Pemuda itu benar benar merasa senang karena pada akhirnya ia dapat bertemu dengan orang yang penting untuk suaminya.

Hal itu tak lain di karenakan sudah hampir tiga tahun ia hidup bersama Hanbin, tetapi tak ada satu orang pun yang Hanbin kenalkan padanya, baik orang tuanya, saudaranya apalagi teman nya.

Pernah Hao berfikir bahwa Hanbin hanya tinggal sebatang kara seperti dirinya, yang sudah tak memiliki orang tua, serta dirinya yang tak memiliki saudara karena anak tunggal.

Adapun satu satunya keluarga yang sempat berarti untuknya adalah mantan suaminya Jiwoong, dan putranya Gyuvin.

Tak ada yang lain dari hidup nya.

Tentu saja kali ini ia juga tak sebatang kara, melainkan ada Hanbin-suaminya yang berada di sisi nya.

Cukup lama Hao sibuk berkeliling, bahkan karena ia terlampau larut dalama edisi 'belanja' nya kali ini, ia tak menyadari bahwa Hanbin menghubungi nya sebanyak tiga kali.

Terbayang sudah bagaimana panik nya Hanbin tak mendapatkan telefonnya di jawab oleh istrinya itu.

Pengandaian pengandaian yang tak mengenakkan segera ada dalam bayangan Hanbin.

Tadinya Hanbin hanya ingin menelfon Hao guna mendengar suara istrinya itu sekaligus memberitahu bahwa ia akan pulang cepat. Namun yang terjadi justru membuat pemuda itu berlari terburu buru menuju parkiran mobil yang ada di rumah sakit.

Sedangkan yang di hubungi nya kini tengah mengantre pada loket pembayaran atas barang dan bahan yang sudah ia ambil.

Sesekali senyuman terpatri jelas di wajahnya.

Falling To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang