Chapter 18| Ingatan Masa Lalu

541 57 4
                                    

"Ekhem, seperti nya memegangi pipi Wook-ie menjadi hobby barumu hyung," ujar Matthew mendekat ke arah suaminya yang sedari tadi memang ia pinta menjaga bayinya selama ia keluar dari kamar.

Jiwoong tak berkilah melainkan ia menganggukan kepala nya, dan tak lama ia menatap ke arah istrinya.

"Terimakasih."

Matthew yang tak mengerti mengapa sang suami yang secara tiba tiba mengucapkan terimakasih padanya, tentu saja bertanya pada suaminya akan alasan mengucapkan hal tersebut padanya.

Jiwoong tampak tersenyum dengan tangannya menepuk space kosong di samping nya menyuruh nya untuk duduk terlebih dahulu.

"Terimakasih, karena kau berhasil meyakinkan ku untuk memberikan adik untuk Gyuvin."

Matthew mengerti maksud dari Jiwoong. Bagaimanapun tak mudah baginya dulu untuk meyakinkan pemuda itu agar mau memiliki anak bersama nya.

Rasa takut akan kehilangan seseorang masih sangat kental dengan suaminya kala itu, bahkan ia bersyukur pada akhirnya ia berhasil membujuk nya, walaupun ia harus memiliki hati yang besar memahami suaminya.

Bayangan ingatan masa lalu saat dimana sang suami mengungkap hal yang ditutupi darinya, kini kembali terlintas di pemikiran Matthew.

"Hyung, bolehkah kita bicara serius?"

Jiwoong mengerutkan keningnya bingung saat mendapati sang istri yang secara tiba tiba ingin berbicara dengan serius pada nya.

Memangnya ada masalah apa? Mengapa pemuda berpipi chubby di hadapannya terlihat ingin berbicara penting padanya?

"Ada apa?" tanya Jiwoong pada akhirnya mengiyakan permintaan Matthew.

"Mengapa kau tak pernah benar benar menyentuhku?"

Jiwoong terdiam tak dapat berkata apa apa pada Matthew.

Melihat suami nya yang tak kunjung menjawab tentu saja Matthew tak tinggal diam. Ia kembali berusaha menggalinya.

"Apakah kau tak benar benar mencintaiku?"

Kalimat telak itu, tentu saja membuat Jiwoong segera menggelengkan kepalanya. Ia tak bermaksud seperti itu!

Ia mencintai istrinya yang sekarang, walaupun jauh di dalam lubuk hati nya ia masih menyisakan space kecil untuk mantan istrinya yang ia fikir telah meninggal saat melahirkan putranya.

"A..-aku takut," lirih Jiwoong pada akhirnya sembari menundukkan kepala nya berusaha menahan tangis.

"Takut? Mengapa takut?"

Sungguh Matthew masih tak mengerti jalan pemikiran suaminya itu. Hubungan mereka memang bisa di bilang tak terlalu lama, lantaran pertemuan mereka hanya berkisar kurang lebih lima bulan mereka saling mengenal dengan perantara Gyuvin yang menjadi faktor pertemuan dan pemulihan Jiwoong sendiri. Tak lama setelahnya Jiwoong memutuskan menikahi Matthew dengan saksi dari keluarga Jiwoong hanyalah Jongin, lantaran hubungan keluarga Kim merenggang.

Usia pernikahan mereka masih seumur jagung, karena baru menginjak dua bulan lamanya, yang itu artinya mereka baru saling memahami satu sama lain selama tujuh bulan terakhir.

"Bagaimana jika tiba tiba kau hamil dan aku harus kembali mengulang masa laluku yang pahit? Aku tak ingin kehilangan mu. Dulu istri ku meninggal karena aku tak berada disampingnya saat melahirkan. Bagaimana jika nanti aku melakukan kesalahan yang sama? Aku tak mau menyakitimu. No ... Aku tak bisa Babe," ujar Jiwoong setengah frustasi sembari menautkan tangannya sendiri tak berani menatap Matthew.

Falling To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang