Chapter 26| Gugup

589 59 2
                                    

Semenjak putra sulung mereka mengusir Tuan Kim dan Nyonya Kim, maka kini keduanya tampak berfikir keras satu sama lain, berusaha memahami maksud dari kalimat putranya itu.

"Yeobo, apakah kita memang sudah kelewatan?" Lirih Nyonya Kim menatap ke arah suami nya lekat.

Tuan Kim menghela nafasnya kasar. Sejujur nya sama hal nya dengan Nyonya Kim, ia merasa kan hal yang sama hanya saja egonya masih terus menerus membayanginya.

"Aku tak tahu," ujar Tuan Kim sembari memijit keningnya.

"Apakah kau merasa ada yang janggal dengan kalimat Jongin kemarin?"

Tuan Kim yang semula hendak menepis perasaan itu pada akhirnya menganggukan kepala nya. Entah mengapa ia tak menyukai kalimat putra sulungnya yang seakan menyudutkan posisinya atas kematian menantunya.

"Aku bersalah. Seharusnya aku tak berbohong pada Hao bahwa putranya tak berhasil diselamatkan," lirih Nyonya Kim yang tersirat kesedihan yang mendalam.

Tuan Kim tahu betul bagaimana penyesalan Nyonya Kim yang asal bicara saat itu lantaran ada tekanan dari pihak lain, yang berakhir Nyonya Kim tanpa sadar mengatakan hal tersebut pada menantunya di saat sang menantu dalam keadaan tak stabil.

"Mungkinkah ia masih hidup jika aku tak mengatakan demikian?"

Lagi dan lagi sebuah penyesalan di lontarkan oleh Nyonya Kim.

"Sudahlah, bukankah hal itu sudah berlalu? Jadi sebaiknya kau tak usah memikirkannya."

"Aku tahu, tapi—"

Nyonya Kim menggantungkan kalimat nya tak sanggup melanjutkan perkataannya yang seakan telah tercekat di kerongkongannya.

Semenjak mereka mengetahui kabar kematian Hao tiga tahun lalu, maka Nyonya Kim yang merasa akibat dirinya lah yang menjadi penyebab nya berulang kali menyalahkan dirinya tanpa sepengetahuan dua putranya.

Beruntung Nyonya Kim di lindungi oleh suaminya, sehingga Tuan Kim menutupi nya rapat rapat dari keluarganya sehingga saat Jongin pun memilih mengambil Jiwoong sekaligus Gyuvin, mereka memilih tak menahannya.

Tuan Kim terlalu takut jika seandainya ia menghalangi aksi putra sulungnya itu akan berimbas pada sang putra menyadari bahwa Nyonya Kim menjadi salah satu penyebab kematian menantunya, terlebih kondisi Nyonya Kim kala itu tak stabil, dan mungkin akan terlihat mencolok di hadapan Jongin ataupun Jiwoong sekalipun.

"Tak apa apa sayang. Kau tak usah khawatir, aku akan mencoba menjelaskan semuanya pada Jongin nanti. Bagaimanapun kita menutupi semuanya, pada akhirnya mereka akan tahu, jadi lebih baik aku menjelaskan padanya. Bagaimana menurutmu?"

Nyonya Kim tak mengelak atas usulan Tuan Kim yang sangat masuk akal untuknya. Ia sudah terlalu lelah memendam hal itu.

Lagi pula usia mereka semakin hari semakin bertambah, dan itu artinya mereka tak dapat meninggikan ego mereka masing-masing.

"Ah, lalu bagaimana dengan Seobin?" tanya Nyonya Kim menyadari ada yang terlewat.

"Jujur saja aku sudah lelah memaksakan kehendak. Bagaimana kisah yang lama terulang? Apakah kau dapat baik baik saja dengan hal itu?"

Helaan nafas terdengar berat dari belah bibir istrinya itu.

"Kita memang harus mengatakan empat mata dengan nya, sekaligus orang tuanya."

Keduanya akhirnya berhasil menyepakati kegundahan mereka yang selama ini menjadi hambatan antara mereka dan juga kedua anaknya.

Jika saja mereka tak egois mungkin ceritanya akan berbeda.

Falling To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang