Chapter 36| Peramal?

641 61 5
                                    

"Kau baik baik saja?" lirih Nyonya Sung saat keduanya telah mendudukkan dirinya di sofa yang berada di ruang tengah.

Hao mengangguk pelan, tetapi raut wajah nya memperlihat kan sebaliknya.

"Kau tak usah berbohong pada Eomma," lirih Nyonya Sung pelan, sembari merangkul Hao.

Sebagai naluri seorang Ibu tentu saja Nyonya Sung dapat mengetahui apa yang terjadi, walaupun Hao berusaha menutupinya.

"Menangislah nak, jika kau ingin menangis," ujar Nyonya Sung.

"Nanti Baby Wook-ie ikut menangis Eomma," ujar Hao polos.

Nyonya Sung tersenyum. Kali ini ia benar benar yakin bahwa putranya tak salah memilih pasangan.

Pantas saja Hanbin bisa jatuh ke pelukan Hao. Nyonya Sung yakin putranya terpikat pada Hao lantaran kepribadian dari pemuda manis itu.

"Seperti nya Wook-ie telah dekat dengan mu sehingga bayi kecil ini dapat membaca perasaanmu," ujar Nyonya Sung pada akhirnya sembari mengusap pipi Gunwook.

Hao terkekeh pelan. Ia juga tak mengerti mengapa ia merasa dekat dan sayang pada Gunwook yang notabene bukanlah darah daging dirinya atau pun Hanbin, berbeda dengan Gyuvin tentu nya.

"Eomma, Grandma, mengapa dari tadi hanya berpelukan berdua saja tak mengajakku juga?" Celoteh Gyuvin yang turun dari sofa berdiri di hadapan Hao sembari melipatkan kedua tangannya.

Spontan Nyonya Sung menyuruh Gyuvin mendekat agar ia dapat memeluki bocah itu.

Seketika Nyonya Sung merasa ia telah memiliki dua cucu dalam sekaligus.

Senang?

Tentu saja ia merasa senang dengan kehadiran Gyuvin, ataupun Gunwook sekalipun, sebab ia merasa bahwa dirinya telah menjadi 'nenek' hal yang ia inginkan ketika memiliki kedua putranya yang sukses di matanya.

Hanbin yang baru saja selesai dengan urusan nya di luar bersama orang tua Jiwoong kini sibuk menatap punggung istrinya beserta Ibunya.

Ia merasa senang lantaran sang Ibu benar benar menerima istrinya.

Terlihat jelas bahwa tak ada gap di antara Ibu dan menantu tersebut.

'Terimakasih Eomma.'

***

Matthew yang baru saja keluar dari ruang ICU dimana Jiwoong di rawat tampak terisak tak dapat menahan tangisnya.

Jongin yang juga baru keluar dari ruang ICU tak sengaja mendapati Matthew yang hendak limbung, spontanitas merangkul pemuda manis itu.

Hati Matthew hancur saat menyaksikan suaminya yang setia memejamkan kedua manik nya dan hanya bertopang dengan alat alat medis untuk menopang hidupnya.

"Hyung, bagaimana ini? Jiwoong hyung tak akan meninggalkan kami bukan? Dia hanya tertidur kan hyung?" Rancau Matthew yang terdengar menyayat hati.

Jujur saja jika tak ada Matthew disana, mungkin Jongin sudah sama seperti Matthew saat ini. Hanya saja tak mungkin ia perlihatkan hal tersebut di depan Matthew bukan?

Ia tak ingin terlihat menyedihkan juga di depan adik iparnya itu.

"Aku yakin Jiwoong tak akan meninggalkan kalian, lagi pula Jiwoong menunggu kehadiran Wook-ie bukan?"

Dengan lemah Matthew menganggukan kepala nya pelan.

Kehadiran Gunwook di dalam pernikahannya tentu saja bukan hal yang mudah bagi mereka, sebab jika Jiwoong tak mau mencoba berdamai pada masa lalu nya maka bisa saja Gunwook tak ada.

Falling To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang