Chapter 15| Penjelasan

543 56 1
                                    

"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi? Siapa pemuda yang berada di samping Hanbin? Lalu mengapa ia mengenal Gyuvin?"

Eunwoo memijit keningnya pelan, berusaha menyatukan potongan potongan teka teki yang sayang nya harus ia selesaikan sendiri.

"Jadi bocah tadi keponakanmu?"

"Tentu saja. Apakah kau lupa? Bukankah dua tahun lalu saat dia berumur satu tahun aku pernah membawa nya waktu itu dan mengenalkannya padamu?"

Sejenak Eunwoo berfikir keras berusaha mengingat nya.

"Ah, saat Jiwoong kala itu—"

Belum selesai Eunwoo melanjutkan kalimat nya Jongin lebih dahulu menganggukan kepala nya.

Refleks Eunwoo menepuk keningnya pelan.

Mengapa ia bisa lupa? Mengapa ia baru menyadari bahwa foto yang di perlihatkan Taerae sebelumnya adalah bocah yang sama dimana dua tahun lalu ia telah bertemu?

Eunwoo mengambil nafasnya dalam - dalam, dan kembali mengatakan hal yang dapat mengejutkan Jongin.

"Berarti dia keponakanku juga ."

Jongin tentu saja langsung mengerutkan keningnya, masih tak mengerti ucapannya.

Bisa saja Jongin mengiyakan. Toh Eunwoo adalah sahabat nya jadi sah sah saja jika ingin menganggap Gyuvin adalah keponakan nya bukan?

Hanya saja ...

"Gyuvin adalah anak kandung dari Zhang Hao, istri Hanbin jadi sudah pasti ia menjadi keponakanku."

Jongin yang mendengar penjelasan dari Eunwoo mendadak membeku, belum lagi akan nama yang di sebutkan oleh Eunwoo.

'Zhang Hao? Mantan istri Jiwoong? Bukankah—'

Jongin membekap mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang terlintas di kepala nya.

"Zhang Hao ... kau tidak meninggal?"

Kalimat itu yang justru keluar begitu saja dari belah bibir Jongin tepat saat Hanbin, Hao dan juga Gyuvin yang sudah nyaman di gendongan Hanbin datang mendekat.

Manik Jongin spontan menatap lekat ke arah Hao.

Langkah kaki Jongin yang semula berjarak dari posisi Hao dan Hanbin, kini melangkah mendekat ke arah keduanya.

"Kau benar benar masih hidup rupanya. Apakah kau selama ini baik baik saja? Dimana kau tinggal? Apakah kau masih ingat padaku? Sekitar empat tahun lalu aku sempat menghubungi—"

Belum sempat Hao menjawab apapun, kepala Hao tiba tiba saja berdenyut. Rasa takut akan kenangan masa lalu nya yang buruk tiba tiba saja masuk dalam ingatannya.

Refleks Hao melangkah mundur dari Jongin, memilih berdiri di belakang Hanbin.

"Eomma? Eomma kenapa?" tanya Gyuvin yang ikut khawatir saat melihat Hao tak seperti sebelumnya yang sudah dapat menampilkan senyumannya.

Hao berusaha tersenyum pada Gyuvin. Namun setelah nya Hao meremat baju belakang Hanbin berusaha menahan sakit yang tiba tiba menyerangnya.

"Vin-ie, seperti nya Eomma agak sedikit jetlag karena kami baru sampai dari Jerman. Apakah tak apa jika kau di gendong uncle terlebih dahulu?" tanya Hanbin baik baik pada bocah itu.

Anggukan kepala Gyuvin berikan pada Hanbin.

Tak lama setelahnya Gyuvin ia berikan pada Jongin.

"Jangan terlalu memaksanya hyung, nanti akan ku jelaskan."

Hanya kalimat itu yang Hanbin berikan sebelum dengan cepat Hanbin menggendong Hao yang sudah di penuhi peluh keringat.

Eunwoo yang menyadari situasi tak mengenakan itu segera melangkah maju dan memberitahu pada Hanbin akan kamar yang siap mereka gunakan selama berada di sana.

.
.

Rasa khawatir dan penuh tanda tanya tentu saja menyerang Jongin.

Ia tak mengerti mengapa Zhang Hao yang akhirnya ia sadari adalah mantan istri Jiwoong justru terlihat trauma dan takut menemui nya, padahal ia sama sekali belum pernah bertemu secara langsung dengan pemuda manis itu.

Satu satunya komunikasi yang pernah terjadi antara dirinya dan Hao adalah empat tahun lalu ketika Jiwoong dalam video call nya mengenalkan istrinya yang baru saja hamil kala itu.

Harusnya Jongin datang saat acara pernikahan private yang di selenggarakan oleh Jongin. Namun karena hubungan keluarga antara Jongin dan kedua orang tuanya yang renggang, serta beberapa alasan lain menjadikannya tak dapat hadir di acara sakral keduanya.

Satu tahun setelah nya ia justru mendapati kabar dari orang tuanya secara tak terduga bahwa adiknya hampir gila.

Gila karena orang yang di cintainya meninggal dan juga bayi menggemaskan tak dapat Jiwoong rawat, lantaran pemuda itu seperti kayu tak bernyawa dengan tatapannya yang tak bergairah hidup.

Adapun saat di tanya pada kedua orang tua Jiwoong dan Jongin sepasang orang tua itu seketika menghindar dari semua pertanyaan yang ada.

Tak mau melihat sang adik tersiksa dan berulang kai hendak bunuh diri, pada akhirnya Jongin tanpa memedulikan orang tuanya membawa kabur Jiwoong beserta keponakannya.

Lalu bagaimana reaksi Tuan Kim dan Nyonya Kim?

Tentu saja murka padanya. Hanya saja ...

Ia tak peduli!

"Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa kau tadi bertanya pada Hao seperti itu?" tanya Eunwoo yang kini keduanya tengah duduk di ruang tengah lantaran menunggu Hanbin yang belum juga keluar dari kamar nya.

Jongin menghela nafasnya pelan.

"Jujur saja aku sebenarnya tak mengerti apa yang terjadi tiga tahun lalu di Korea kala itu. Informasi yang ku dapatkan hanyalah iparku meninggal saat melahirkan putra nya Gyuvin, dan Jiwoong hampir gila karenanya. Alasan itu pula yang membuat aku memaksakan kehendak agar Jiwoong dan Gyuvin ikut denganku menetap disini. Kau masih ingat bukan bagaimana Jiwoong beberapa tahun lalu sebelum bertemu istrinya sekarang?"

Eunwoo berfikir sejenak dan tak lama ia menganggukan kepala nya teringat akan masa kelam Jiwoong saat pertama kali pindah ke Canada.

Memang tak semulus yang terlihat sekarang ini, dimana pemuda itu telah bangkit, bahkan memiliki perusahaan sendiri disini.

Walaupun Eunwoo sendiri kala itu tak berani bertanya apa apa mengenai keluarga Jongin. Bagaimana pun ia sebagai sahabat nya hanya dapat mendukung dari belakang tanpa perlu ikut campur dalam hal yang masuk ranah privasi keluarganya.

Eunwoo sangat mengerti akan batasan, untuk itu ia tak tahu menahu akan hal yang nyatanya justru sekarang terlihat mereka layaknya seperti saudara lantaran ada Gyuvin yang menjembatani mereka bukan?

"Uncle, mengapa Eomma dan Appa lama sekali? Mereka tak akan keluar dari kamar?" tanya bocah yang sedari tadi tengah main sendiri di ruang tengah.

"Eomma, Appa?"

Kali ini Jongin dan Eunwoo yang bingung atas sapaan itu.

Gyuvin menganggukan kepala nya dan menjelaskan bahwa Hanbin mengatakan untuk memanggil nya Appa, dan juga Hao sebagai Eomma karena Hanbin ingin sekali memiliki anak sepertinya.

"Ah, kau benar. Memang kau boleh menganggap mereka seperti Appa dan Eomma mu juga selain Mommy dan Daddy mu."

Gyuvin yang mendengar itu langsung loncat kegirangan. Entahlah ia sangat menyukai perkataan Jongin tersebut.

'Lucunya keponakan ku.'

———
TBC

See you next chapter

Leave a comment and vote

.

.

Seya

Falling To You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang