Bel tanda pergantian jam pelajaran kembali terdengar berbunyi membuat beberapa siswa yang sempat berkumpul di salah satu meja teman mereka, kembali berhamburan ke meja masing-masing ketika melihat guru-guru mulai memasuki beberapa kelas, jadi sebelum tertangkap basah karena terlalu ribut oleh para guru sebaiknya dengan segera mereka duduk dengan tenang di bangku masing-masing.
Adela dan Arabella membenarkan posisi duduknya. Sudah siap menyambut pelajaran berikutnya dengan gembira. " Bel, puisi lo udah siap? "
Tanpa menjawab Arabella memperlihatkan buku tulisnya. Yang menandakan perempuan itu sudah menyelesaikan tugasnya.
" Oh, lo pakai puisi ini. " sambil kepalanya manggut-manggut. Entah mengapa setiap memperhatikan tulisan sahabatnya itu, dirinya selalu merasa kagum, iri dan suka di saat yang bersamaan.
Tulisan yang indah.
" Oke google, tutorial agar tulisan rapi dan estetik. "
: Pastikan tubuh dalam posisi yang benar.
" Padahal nggak ada yang salah sama postur tubuh gue, tapi kok tulisan gue masih jelek, ya? " mencari di mana letak salahnya. Memaju mundurkan tubuhnya, kemudian berdiri tegak dan bungkuk setelahnya.
" Terus-terus! Gitu aja sampai lebaran monyet. " mengambil alih ponsel milik Adela. " Dasar goblok, sebelum sampai pada kesimpulan yang bawah lo juga harus baca atasnya. "
" Ribet. "
Arabella kembali men-scroll benda pipih itu. " Nih-minimal dalam sehari latihan buat satu paragraf, pakai kertas yang bergaris. Jangan yang butek. " mengembalikan ponsel sahabatnya.
Adela menganggukkan kepalanya, meskipun perempuan itu tidak akan melakukan tutorial yang barusan ia cari. Prinsipnya semasih ia bisa membaca tulisannya sendiri, maka semua akan aman-aman saja. " Jadi selama ini tulisan lo bagus, karena ngikutin tutorial itu ya, Bel? " kembali menjadi seseorang yang sangat penasaran.
" Gak lah, gue mah udah pintar nulis dari lahir." Menyombongkan dirinya, tidak lupa diakhir dengan tawa jahilnya. " lihat jari-jari lentik ini! " suruh Arabella kembali menggoda sahabatnya menunjukan jari-jarinya, lalu menaik turunkan alisnya.
" Udah gue lihat. Terus? "
" Udah gitu aja, sih. " jawab Arabella enteng, kembali mengambil buku tulisnya. Membaca setiap bait puisi di dalam hatinya. Agar nanti saat sudah berdiri di depan kelas perempuan itu tidak gugup.
Hidup Adela selalu dipenuhi dengan boombastic side eye-nya Namun dengan segera ia mengontrol emosinya. " Huh, sabar. " mengelus dadanya pelan.
" SHIBAL SEKIYA MICINOM "
" ups, keceplosan. " menutup mulutnya dengan segera.
" Dasar Babi! " Reflek Menampol Adela pelan.
🤍🤍🤍🤍🤍
Guru berparas cantik memasuki ruang kelas X IPS 2. Membawa beberapa tumpuk buku di atas tangan kanannya dan satu spidol di genggaman tangan kirinya. Wajahnya cerah dengan senyum manis yang menghiasinya.
Namanya Intan, guru berusia tiga puluh tahun. Memiliki paras yang cantik, menyayangi muridnya setulus hatinya. Makanya tidak jarang dari mereka yang bersekolah di Bina Jaya merasa aman dan nyaman jika Intan yang mengajari mereka.
" Selamat pagi semuanya. " sapa Intan dengan ramah.
" Pagi, Buk. " Jawab mereka semuanya dengan kompak.
" Sesuai materi yang ibu bahas minggu lalu mengenai puisi, ibu mau kalian maju satu-satu ke depan membacakan puisi yang sudah kalian pilih untuk dibacakan. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Bertemu Kembali
RomanceTerimakasih untuk segala rasa yang pernah ada. Untuk sekarang doakan aku untuk ikhlas, ikhlas melepas kepergian mu, ikhlas menjalani hari tanpa kamu. Sampai Bertemu Kembali di kehidupan yang sudah dituliskan penulis.