Jam sudah menunjukkan pukul lima sore toko bunga milik Engelina masih terpantau ramai begitu juga hingga di malam harinya. Masih ada banyak orang-orang yang mampir ke sana, menghabiskan waktu untuk memilih-milih bunga yang sangat indah dan juga cantik.
" Halo Tante. " sapa laki-laki tinggi masuk ke dalam toko. Seperti biasa ia sudah tau bunga apa yang akan ia ambil dan pilih.
" Halo pelanggan setia. " sapa Engelina dengan ramah. Meninggalkan karyawannya yang tengah menyusun bunga bucket untuk customer yang lain. Selain menjual bunga toko itu juga menyediakan jasa untuk membuat bucket yang indah dan juga rapi.
Laki-laki itu membayar bunga yang ia pilih ke kasir. Sedikit bertanya juga tentang kabar Engelina, meskipun hampir di setiap bulannya mereka bertemu. " Tante, apa kabar? "
" Tante baik-baik aja. " benarkan anak laki-laki di depannya seperti yang ia pikirkan. Jika iya? Apa yang harus ia lakukan?
" Tante kenapa? " menyadarkan Engelina yang tiba-tiba saja melamun. Tidak biasanya wanita itu terdiam begitu lama sambil melihat dirinya. " Tante? "
Engelina mengerjapkan matanya. Menyadarkan dirinya atas sikapnya yang tidak sopan.
" Bunganya mati lagi, Tan? "
" Nah, tante mau bilang itu. Ada kabar baik, bunganya udah tumbuh dan cantik banget. " mengajak laki-laki itu ke ruangannya. Memperlihatkan bunga anggrek yang sangat indah.
Setelah banyak menanti akhirnya bunga itu berhasil tumbuh di tangan Engelina. Orang yang tepat. " Terimakasih Tante. " mendekat ke arah bunga itu, bunga yang ia titipkan semenjak beberapa bulan yang lalu. " Boleh peluk Tante? " tanyanya meminta izin.
Engelina menganggukkan kepalanya." Ini bukan apa-apa. " mengelus punggung anak itu untuk sebentar. " Perasaan dulu kamu nggak setinggi ini." Dulu anak di depannya ini hanya setinggi pinggangnya. Tapi sekarang perubahannya sangat drastis.
Laki-laki itu mengingat kejadian empat tahun yang lalu. Pertemuan yang tidak disengaja dengan Engelina. Ia adalah anak yang membantu wanita itu merapikan bunga-bunganya yang ditabrak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Entah apa yang terjadi semenjak kejadian itu, ia memilih untuk berlangganan dengan Engelina. Meninggalkan pedagang bunga yang lama. Ia hanya merasa lebih nyaman dan diperhatikan dan juga secara tidak langsung ia dapat melihat fotokopian Mamanya. Sosok yang menyukai bunga hingga memperkenalkan maknanya atau arti bunga yang ia tanam.
" Jadi kamu mau ambil bunganya sekarang? "
Gelengan keluar dari kepalanya. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengambil dan merawatnya. " Nggak sekarang, Tante. Beberapa hari setelah hari spesialnya aku pasti bakalan ambil ke sini. "
" Permisi ya, Tan. " mengambil ponselnya dari dalam kantong. Sedikit menjauh dari Engelina. Lalu mengangkat panggilan vidio dari anak kecil yang sangat manis.
" Papa "
" Papa di mana? Kok lama? Katanya mau pergi ke makam. Keburu malam tau." memperlihatkan wajah cemberutnya.
" Sabar sayang, masih di toko bunga. Nanti kita pergi ke makamnya bareng-bareng ya. " meyakinkan dengan wajah seriusnya.
Setelah mengatakan itu laki-laki itu memutuskan untuk mengakhiri panggilannya. Lalu bersiap untuk berpamitan kepada Engelina.
" Siapa pun wanita itu, ia pasti menjadi seseorang yang sangat beruntung telah dipertemukan dengan kamu. " melirik ke bunganya, lalu ke arah laki-laki itu.
" Semoga itu benar ya, Tan. " sama-sama tersenyum. " Aku pulang ya, Tan. Jaga kesehatan " sebelum pergi ia berpamitan sambil menyalami tangan wanita.
" Kapan-kapan main ke rumah Tante ya, mau tante kenalin sama anak tante. Biar dia tau ada laki-laki yang sifatnya sama kayak papanya. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Bertemu Kembali
RomanceTerimakasih untuk segala rasa yang pernah ada. Untuk sekarang doakan aku untuk ikhlas, ikhlas melepas kepergian mu, ikhlas menjalani hari tanpa kamu. Sampai Bertemu Kembali di kehidupan yang sudah dituliskan penulis.