Bab 37 : Tuhan itu Baik

17 2 0
                                    

Secara perlahan namun pasti waktu terus berputar mengikuti porosnya, meninggalkan kisah yang tetap tersimpan rapi di hati. Tidak terasa setelah melewati beberapa fase yang cukup rumit mereka bisa melaluinya.

Pelepasan siswa kelas XII sangat meriah dirayakan. Pertunjukan teater mulai dilaksanakan, di ruangan besar, tempat biasa mereka sering melakukan latihan. Semua penonton terbawa ke dalam suasana yang diciptakan. Rasa bahagia, sedih, bercampur menjadi satu.

" Sungguh menyedihkan, semua mimpiku telah lama mati, terkubur dalam jiwa yang rusak ini. "

" Kemana lagi aku harus melangkah? Jika ternyata ini adalah ujung dari langkah ku. "

" Ibu, aku sakit. Apakah pelukanmu bisa menyembuhkan ku? "

" Ayah aku takut. Apakah mimpi ku akan hidup kembali jika kau menggenggam tangan ku? "

" Tolong jangan patahkan semua mimpi-mimpi ku. Selamatkan aku dari lorong tidak berujung ini. "

Semua yang berperan di atas panggung mulai merapatkan diri. Saling memegang tangan satu sama lain. Menunduk mengakhiri pertunjukan indah mereka. " Terimakasih " ucap mereka dengan kompak.

Tepuk tangan mulai memenuhi ruangan besar itu. Ada yang bersedih, cemas, khawatir akan masa depan mereka, namun tidak banyak juga dari mereka tersenyum. Karena mungkin sudah berhasil melewati beberapa hal yang menyakitkan untuk mereka lalui.

Arabella mengambil beberapa potret teman-temannya di atas panggung. Terlihat sangat cantik dengan busana kekinian. Senyum bahagia sudah pasti terukir dengan sangat jelas di wajah mereka. Dwipa memberikan kode kepada mereka untuk mengatakan beberapa hal sebelum meninggalkan panggung dan membubarkan semua yang berada di dalam sana. Dan setelah itu ia melangkah ke belakang penonton mencari Arabella yang sibuk berkutat dengan kameranya.

" Banyak dapat fotonya? " menyelipkan anak rambut Arabella ke belakang telinga perempuan itu.

Arabella mengangguk semangat. Memperlihatkan hasil jepretannya. Tersenyum melihat laki-laki itu. Meskipun berkeringat wajah tampannya terlihat sangat menggemaskan. Perempuan itu merogoh kantongnya memberikan permen karet kepada Dwipa. " Hadiah, karena menciptakan alur yang indah. " sedikit tertawa mengatakannya.

" Terimakasih, karena sudah mengabadikan momen yang indah ini, Bela. " mengusap kepala perempuan itu. Sebelum kembali meninggalkan Arabella sendirian di sana. Ada banyak hal yang harus ia arahkan. Ada banyak vidio juga yang harus ia selesaikan hari ini, agar yang berhalangan hadir bisa menyaksikan betapa indah dan luar biasanya acar anak teater di tahun ini.

🤍🤍🤍🤍🤍

Hari itu semua acara berjalan dengan lancar. Setelah selesai dengan semua perpisahan yang ada, kelas X dan XI memilih pulang ke rumah. Sementara kelas XII masih berkumpul di sekolah, melakukan foto bersama dan ada banyak hal yang mereka lakukan sebelum berpisah ke arah yang berbeda, entah untuk ke universitas impian mereka atau mungkin memilih bekerja untuk menyambung hidup.

Arabella dan Dwipa berjalan menuju parkiran sambil tangan mereka bergandengan tangan.

" Del, lihat anak SD mau nyebrang." Ucap Vano meledek sahabatnya. Laki-laki itu juga ikut pulang bersama dengan Adela.

" Orang dewasa kalau pacaran ngeri ya, hobinya nyindir. " sindir Dwipa melihat ke belakang dengan tatapan mata yang tajam ke arah Vano. Sementara kedua perempuan itu tertawa cekikikan biasanya mereka berdua yang sering berdebat dengan masalah-masalah yang tidak begitu penting, tapi kali ini semuanya beralih ke mereka.

Sampai Bertemu Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang