" Belaaa, please kasih gue ikut extra cheer leaders. " Mohon Adela di tengah-tengah taman sekolah. Mereka berdua duduk di bawah pohon rindang, menikmati angin sepoi-sepi di siang hari itu.
Arabella menghembuskan napasnya kasar. Menghentikan kegiatannya menulis di atas kertas yang sempat Dwipa berikan padanya. " Jangan aneh-aneh, Del. Gue nggak mau kejadian waktu itu terulang lagi. " Mengingat kejadian di masa lalu, hari di mana ia merasa sangat bersalah pada sahabatnya itu.
" Gue dukung lo buat dekat sama Kak Vano, tapi bukan berarti gue ngizinin lo buat ngelakuin semua hal yang berakhir menyiksa diri lo."
" Gue nggak tersiksa. "
" Yakin? "
Apakah sahabatnya memang seyakin itu? Iya rasa masih ada banyak keraguan di dalamnya.
" Hanya karena lo suka sama dia, bukan berarti lo harus ngorbanin banyak hal."
" Jadi diri sendiri itu lebih baik buat lo, Del. Bahkan tanpa lo ngerubah apa pun Kak Vano tetap notice keberadaan lo. " Meyakinkan sahabatnya agar tidak bertindak terlalu kejauhan.
Sedaritadi perempuan itu merengek meminta untuk bergabung dengan grup cheer leaders yang ada di sekolah. Arabella tidak bisa mengiyakannya, karena itu terlihat sangat memberatkan. Bukan untuknya, tapi untuk sahabatnya.
" Tapi, Bel—
" Besok gue antar lo buat daftar extra pramuka. Terimakasih. Sama-sama. " Berbicara sendiri lalu menjawabnya juga sendiri. Membaca kembali beberapa paragraf yang sempat ia tulis di atas kertas berwarna putih itu. Ada banyak hal yang perlu ia revisi, ada banyak hal juga yang perlu ia rubah alurnya.
" WOY! " Ucap Deon mengagetkan kedua perempuan itu.
" Hem. " Ucap Adela menoleh ke arah samping. Terlihat fokus menatap ponselnya, padahal tidak ada yang menarik di sana namun ia terus menggulirnya ke sana kemari.
" Diam-diam bae. Awas kesambet setan! " Senggol Deon pada Adela, tapi perempuan itu tidak menghiraukannya.
" Kan setannya lo, De. " Tertawa setelahnya. Sedikit menyenggol lengan Adela. Agar perempuan itu juga ikut tertawa bersama mereka berdua.
Adela melengos pergi meninggalkan Arabella dan Deon. Masih tidak terima dengan jawaban yang sahabatnya berikan.
" Wah, jangan-jangan setannya udah masuk Ke tubuh Adel. " Ledek Deon ingin menyusul perempuan itu yang sudah melangkah semakin jauh dari dirinya dan Arabella.
Dengan cepat Arabella menahan lengan Deon. Memberi kode agar laki-laki itu tidak mengejarnya. Adela butuh waktu untuk sendiri.
" Kalian berantem? " Tanya Deon mendekatkan dirinya pada Arabella. Menunggu kejelasan cerita dari perempuan di hadapannya.
Arabella menggeleng, melipat kertas putih miliknya. Memasukkan pulpen yang ia gunakan sedari tadi. " Dia suka sama kakak kelas kita, Vano. Dia mau ikut cheer leaders, sedangkan lo tau sendiri gimana masa lalunya dulu. Makanya gue ngelarang dia buat ikut."
" Terus—Adelanya ngambek. " tambah Arabella, setelah terdiam sedikit lama.
" Gue harus gimana, De? Gue salah, ya? Gue egois ya, De? " Tanya perempuan itu merasa tidak enak dengan sahabatnya.
Deon menggelengkan kepalanya dengan cepat, menepuk lengan Arabella pelan. " Lo nggak salah, Bela. Emang seharusnya kayak gitu. Itu juga demi kebaikan dia. Dan juga, gue tau maksud lo gimana. "
Deon kembali mengingat kejadian dua tahun yang lalu, saat mereka masih kelas 2 SMP saat-saat di mana mereka bertiga lebih sering menghabiskan waktu bersama hingga kejadian yang tidak terduga menimpa Adela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Bertemu Kembali
RomanceTerimakasih untuk segala rasa yang pernah ada. Untuk sekarang doakan aku untuk ikhlas, ikhlas melepas kepergian mu, ikhlas menjalani hari tanpa kamu. Sampai Bertemu Kembali di kehidupan yang sudah dituliskan penulis.