" Terimakasih, Kak. " Adela mengembalikan helm yang sempat Vano berikan kepadanya. Perempuan itu merasa lebih baik, meskipun ada banyak hal yang terus membuatnya tidak bisa bersikap tenang.
Vano tersenyum mengangguk. " Besok berangkat sama gue ya, Del." Ajak laki-laki itu. Sudah mempersiapkan diri untuk menghibur Adela yang tengah bersedih. Biasanya perempuan itu akan selalu mengganggunya dengan berbagai tingkah lucunya.
Secara perlahan semuanya mulai berubah. Ragu? Hanya sementara ia rasakan. Sisanya akan ia atasi dengan sendiri. Semua akan memudar seiring berjalannya waktu. Akan membaik. Dan seharusnya memang begitu, kan?
" Iya, Kak. Hati-hati pulangnya. Maaf gue nggak bisa nawarin lo buat mampir."
" Nggakpapa, Del." Menepuk bahu perempuan itu dengan pelan. " Semangat, ya! " Ucapnya tulus. Ia tahu perempuan itu menyimpan banyak hal. Namun ia masih belum punya keberanian untuk menanyakannya secara lanjut.
" Iya, Kak. "
Motor berwarna merah itu sudah pergi menjauh meninggalkan pekarangan rumah Adela. Menyisakan suara yang mulai samar di dengar oleh perempuan itu. Setelah benar-benar tidak terdengar lagi Adela memilih untuk masuk ke dalam rumah. Menghidupkan semua lampu-lampu rumah yang belum sepenuhnya dinyalakan oleh asisten rumah tangganya. Empat setengah tahun terakhir di rumah besar itu ia habiskan berdua dengan pembantunya. Tidak ada sambutan hangat untuk dirinya, tidak ada ucapan selamat atau sekedar sapaan yang membuat harinya-harinya jauh lebih membaik dan berwarna dari orangtuanya. Kecuali dari asistennya.
" Sore, Non. " Sapa Minah. Sosok perempuan berusia empat puluh tahun. Sosok yang dijadikan peran pengganti Ibu-nya. Sosok yang selalu berusaha untuk menghiburnya dikala semua hal yang ia harapkan tidak pernah berpihak kepadanya.
Adel mendudukkan dirinya di sofa. Menghembuskan nafas dalam. Memejamkan matanya. " Sore juga, Bi. "
Minah memijat tangan anak tuannya itu. Memberikan semangat untuk setiap hari yang luar biasa melelahkannya.
" Bi, dia mau ajak orang itu ke sini. " Memeluk Minah dengan erat. Lalu terdengar isakan setelahnya. " Aku masih belum bisa terima dan ikhlas. "
Minah menepuk-nepuk punggung Adela. Mengelus rambut perempuan itu sayang. Ia selalu ingat akan anak perempuannya yang berada di rumah. Yang selalu menunggu kepulangannya setiap bulannya. Ia merindukan semuanya. Semua hal yang membuatnya merasa ingin kembali dengan sesegera mungkin.
" Non, harus sabar. Ibu pasti nggak mau lihat non sedih seperti sekarang. "
" Jangan sedih lagi ya, Non. " menenangkan anak perempuan itu.
Nggak bisa. Rasanya sangat sakit, Bi.
Mama, Adela kangen.
🤍🤍🤍🤍🤍
K-pop store, ruangan besar yang menyediakan berbagai printilan k-pop. Banyak para fangirl maupun fanboy berkumpul di sana untuk mencari beberapa barang yang menyangkut dengan idol atau pun para bias mereka.
Secara perlahan Arabella menyusuri setiap ruangan di tempat yang ia kunjungi. Berjalan perlahan melihat-lihat mana yang selama ini sahabatnya inginkan. Jujur dirinya bingung karena memang ini adalah kali pertama ia masuk ke tempat ini. Biasanya jika ia menginginkan sesuatu ia akan memesan beberapa album atau printilan kpop melalui aplikasi. Namun sekarang sangat berbeda, tempat ini sangat luas dan membingungkan.
" Coba lo nggak marah sama gue, Del. Pasti sekarang kita lagi bingung bersama. "
" Emang dasar sialan lo. Untung gue sayang. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampai Bertemu Kembali
RomanceTerimakasih untuk segala rasa yang pernah ada. Untuk sekarang doakan aku untuk ikhlas, ikhlas melepas kepergian mu, ikhlas menjalani hari tanpa kamu. Sampai Bertemu Kembali di kehidupan yang sudah dituliskan penulis.