Bab 39 : Malam Itu Indah

11 2 0
                                    

Adela menatap diam ke arah gedung di depannya, tinggi dan besar. Matanya melotot kalau melihat tulisan besar yang terpampang sangat besar dan juga nyata. Pengadilan Agama. Apa yang akan mereka lakukan di sana? Bercerai?

" Lo serius kak? Kita ke sini? " padahal hubungan baru sebatas berpacaran tapi kenapa sudah datang ke pengadilan. Apa yang akan mereka putuskan di sini? Masalah cinta mereka yang baru saja berumur jagung? Sangat luar biasa.

" Dulu lo bilang mau dengerin semua cerita gue kan del? " tanya Vano lembut. Dijawab anggukkan oleh perempuan di depannya itu. " Kalau diceritain bakalan rumit dan buat gue nggak bisa terima. Hari ini secara singkat gue mau jelasin ke lo, kalau Mama sama Papa gue cerai. Mereka memilih jalannya masing-masing. " sudah cukup rasanya kedua orangtuanya menyimpan kebohongan dan rahasia mereka lagi. Lagi pula ia juga sudah tau kebenarannya, sebaiknya diakhiri saja.

Adela menelan ludah. Memegang tangan Vano lembut. Selain kepergian perpisahan juga paling berhasil membuat seseorang merasakan sakit dan ketidakrelaan. Pelukan hangat untuk Vano di hari itu. Semoga dengan begitu laki-laki yang saat ini bersamanya merasakan bahwa, tidak selamanya perpisahan itu buruk.

Sebaik apa pun cara mengucapkan selamat tinggal, tetap saja rasanya menyakitkan.

-Dyra&Gwen

Dwipa melangkah perlahan mendekat ke arah sahabatnya. Memegang bahu Vano meyakinkan bahwa laki-laki itu pasti bisa melewati hari ini. Karena mereka ada di sini untuknya, untuk memberikan semangat, menyalurkan energi positif.

" Gue kira lo nggak datang. " melirik sahabatnya sinis. " Makasih ya bela udah mau ikut. " menaikan jempolnya. Dibalas jempol juga oleh perempuan itu.

Keempatnya berjalan memasuki salah satu ruangan. Duduk di salah satu bangku yang memang sudah di sediakan di sana. Semuanya terdiam mendengar putusan yang dibahas kurang lebih satu jaman.

" Nah dapat disimpulkan orang-orang di depan itu bukan contoh yang baik ya adick-adick. " ucap Vano menghibur dirinya dan juga sahabatnya yang terlihat sangat tegang. Ia tahu mereka khawatir, terlebih lagi Adela, sang pacar. Ya, bagaimana pun juga akhirnya kedua orang tuanya resmi berpisah. Menjalani hidup mereka masing-masing entah bersama orang baru atau keluarga baru nantinya.

" Sayang " panggil Adela mendekat ke arah Vano yang sudah berdiri.

" Perasaan tadi lo gue, sekarang kok bisa jadi sayang-sayangan. " ledek Arabella. " Semangat ya Kak Vano, jangan pernah ngerasa sendiri. Soalnya ada Kak Dwipa yang siap mengajakmu baku hantam setiap saat. " Tersenyum ke arah Dwipa yang tengah merapikan rambutnya.

" Makasih Bela. "

Adela mengangkat tangannya, lalu menutupi wajah sahabatnya." Ya tadi kan efek shock anjir. Tapi sekarang nggak kok. I love you. "

" Love you too sayang. "

🤍🤍🤍🤍🤍

Wajahnya tersenyum puas, terlihat guratan-guratan bahagia yang terukir sangat jelas di sana. Bahagia sekali rasanya berdiri di tepian pantai, menyaksikan ombak yang bergulung-gulung ke arahnya, lalu kembali dihempaskan menjauh. Tidak perlu mengejarnya, karena pada waktu yang telah ditentukan ombak itu kembali dengan sesegera mungkin.

" Kak, sini! " Ajak Arabella terlihat berlarian ke sana ke mari menghindari air, lalu mendekat lagi setelahnya.

" Makasih ya. " saat Dwipa mendekat ke arahnya. Dengan sengaja perempuan itu mengibaskan tangannya yang basah membuat Dwipa terkena cipratan air yang asin itu.

Sampai Bertemu Kembali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang