Yahoo, author update lagi.
Btw author sedikit heran ya karena di chapter sebelumnya vote nya lebih banyak daripada chapter yang lain.
Apakah karena kalian suka melihat penderitaan Solar kah😭.
Tapi tidak apa author senang sekali karena vote dari kalian.
Chapter kali ini tidaklah terlalu berat seperti sebelumnya.
Tapi author harap jangan lupa buat vote dan komen.
Jika ada typo mohon di maafkan😌.
Happy reading semuanya!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
-----------------------------------------------------------Entah sudah berapa lama Solar di dalam gudang, setelah dia terbangun dari tidurnya.
Dengan pelan Solar beranjak bangun, dengan langkah tertatih dia berjalan ke arah pintu gudang, berharap setidaknya pintunya tidak terkunci.
Beruntung kali ini para kakaknya tidak mengunci pintu gudang itu membuat Solar sedikit menghela nafas lega.
Dia dengan pelan membuka pintu gudang itu, lalu dengan langkah pelan naik ke atas kamarnya.
Tampak langit masih gelap di luar, bahkan lampu ruang tengah mereka masih di padamkan.
Mungkin saja masih sekitaran jam empat, pikir Solar.
Dia segera saja masuk ke dalam kamar mandi.
Tubuhnya terasa lengket karena sedari kemarin ia belum sempat untuk mandi sore.
Mengabaikan rasa dingin yang menyapa kulitnya saat dia mengguyur kan air ke tubuhnya.
Solar meringis sakit kembali saat luka miliknya terkena air.
Setelah menghabiskan lima belas menit di dalam kamar mandi, Solar keluar lalu mengambil kaos putih dan celana oblong miliknya.
Hari ini adalah hari minggu, yang artinya hari ini sekolah libur.
Tapi sorenya Solar akan pergi untuk bekerja di restoran, setelah di berikan libur selama tiga hari.
Solar membaringkan tubuhnya dengan pelan, dia tidak menghiraukan rasa sakit yang berasal dari semua lukanya.
Solar tidak pernah sekalipun mengobati luka yang ia dapatkan, jika pun ia mengobati tubuhnya akan kembali di penuhi luka lagi.
Membuat Solar akhirnya lelah untuk mengobati tubuhnya sendiri dan membiarkan saja kala tubuhnya kembali terluka.
Entah sudah berapa banyak bekas luka yang ada di sekujur tubuhnya, Solar tidak ingin tahu.
Solar mengedarkan pandangannya ke sekitar kamarnya, jika di bandingkan dengan luas kamar keenam kakaknya, kamar Solar tidaklah seluas itu.
Namun Solar juga tidak terlalu memperdulikan hal itu, selagi ada kasur, lemari dan meja belajar baginya itu sudah cukup.
Selain itu dia tidak terlalu memperdulikan hal yang lain.
Setidaknya untuk ke depan ia bisa pakai untuk beristirahat.
Sebelum nanti dia akan pergi untuk bekerja.
..........
Sebulan berlalu setelah kejadian hari itu.
Bukan berarti setelah hari itu keseharian Solar kembali damai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]
FanfictionKisah tentang kehidupan Solar yang selalu di acuhkan dan tidak di anggap oleh keluarganya. "Kalianlah yang sudah membunuh jiwaku secara perlahan, selamat kalian telah berhasil membuatku menyerah. Karena aku sudah terlalu lelah akan segalanya." Boboi...