Hai haiii!!
Padahal author bilang bakal balik hari Rabu, tapi ternyata author se greget itu pengen update.
Hehe semoga kalian senang ya.
Oh dan juga chapter berikutnya bakalan di update hari Rabu ya.
Rencana sih malam atau enggak usah ya.
Soalnya author sangat merasa bersalah dengan Solar di chapter berikutnya 🥲
Makanya author mau tanya, kalian milih update di Rabu sore atau malam.
Kalau author sih malam biar sebagai cerita pengantar tidur hehe.
Btw jujur ya author reread ulang cerita author rasanya nyesek banget jadi Solar, ternyata author sejahat itu ya🥲
Oh segini dulu ya sampai di sini.
Btw chapter berikutnya lumayan panjang, semoga kalian gak bosan pas baca😁
Sekian dari author.
Happy reading semuanya!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------Beberapa hari telah terlewati sejak hari itu, keenam orang itu, yang tak lain adalah saudara (bajingan) Solar itu terlihat masih memikirkan ucapan Solar malam itu.
Perasaan gusar melanda mereka terutama Gempa, yang bahkan dia sudah pernah mendengarkan hal itu dua kali, walau satunya dia tidak sengaja mendengarkan sih.
Bahkan saat di ruang osis pun Gempa terlihat melamun saat melakukan tugasnya, membuat anggota osis nya terlihat heran, apa yang sebenarnya di pikirkan ketua mereka sampai tidak fokus dalam pekerjaannya.
"Gem, kau okay tak." Gempa tersentak saat sebuah tepukan mampir ke bahunya, saat dia menoleh mendapati Yaya yang menatapnya khawatir. Tidak hanya Yaya melainkan Gopal serta Ying juga turut menatap khawatir, cuman Fang yang hanya diam mengamati.
"Hahaha, aku okay kok. Cuman ada sedikit masalah, maaf ya kalau aku menyusahkan." kata Gempa sambil berusaha memaksakan senyumannya.
"Hadohh tumben sekali ketua kita ini ada masalah, biasanya hidupnya jalan mulus kek aspal jalanan." kata Gopal asal ceplos, membuat Ying langsung menyikut Gopal, menyuruhnya untuk diam.
"Apa yang aku cakap betul kan." kata Gopal tak terima di sikut.
"Hiss kau ni." Yaya tampak geram sambil melirik sinis Gopal.
"Tapi aspal jalanan pun bisa rusak Gopal, jadi bukan berarti semuanya akan terus berjalan mulus." ujar Gempa sambil tersenyum teduh.
"Tapi aspal jalan masih bisa di perbaiki jika rusak, dia masih bisa di aspal kembali dan menjadi baru. Tapi jika yang rusak itu kaca dan sudah hancur berkeping-keping, apakah kaca itu bisa kembali seperti semula." Fang tiba-tiba berbicara, membuat mereka berempat lantas menatapnya yang kini sedang melihat keempatnya dengan tatapan datar.
"Walau kau menggunakan lem sekalipun kaca itu tidak akan pernah bisa kembali seperti semula, tidak seperti aspal jalan yang masih di perbaiki sampai mulus dan terlihat baru. Namun kaca tidak bahkan saat kau menyatukan pecahan-pecahan kaca itu tidak akan membuat kacanya kembali dalam bentuk semula, pasti ada retakan di sana dan akan terlihat lubang karena tentu saja ada beberapa bagian yang hancur sampai menjadi kecil, jadi kau tidak akan bisa mengembalikan bentuk kaca itu seperti semula." lanjut Fang, dan Gempa yang mendengarnya hanya terdiam kaku, mulai mengerti arah maksud dari ucapan Fang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]
FanfictionKisah tentang kehidupan Solar yang selalu di acuhkan dan tidak di anggap oleh keluarganya. "Kalianlah yang sudah membunuh jiwaku secara perlahan, selamat kalian telah berhasil membuatku menyerah. Karena aku sudah terlalu lelah akan segalanya." Boboi...