Chapter 16

707 85 38
                                    

Hai haiii...

Kembali lagi dengan author di sini.

Semoga kalian suka dengan chapter kali ini.

Jangan lupa untuk vote dan komen nya ya.

Happy reading all!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Setelah memakan buburnya Solar membaringkan tubuhnya untuk beristirahat.

Tidak lama Solar terlelap.

Pintu UKS terbuka.

Menampakkan sosok pemuda yang wajahnya seiras dengan Solar, namun warna netra nya aquamarine.

Ice-yakni sang pemilik manik aquamarine itu menatap ke arah Solar yang tengah terlelap dengan damai.

Dia memandang ke arah Solar lamat, terlihat wajah Solar yang sangat pucat.

Keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya.

Ice terdiam sejenak, sebelum tangannya bergerak mengambil selimut dan menyelimuti Solar yang tertidur tanpa menggunakan selimut.

Entah ada hal apa hingga membuat Ice seperhatian ini, biasanya dia cuek saja tidak terlalu peduli.

Ah ini pasti karena takut Solar akan merepotkan mereka, cukup biar mereka curahkan perhatian mereka pada Thorn yang tengah sakit.

Tapi hey.

Solar juga sakit malah lebih parah dari Thorn, tapi kalian bahkan tidak merawatnya bukan?

Jangankan merawat, memperdulikannya saja tidak pernah kalian lakukan.

Jika di tanya berapa banyak luka fisik dan luka di hati yang kalian torehkan pada Solar, apa kalian bisa menjawabnya?

Bahkan saking banyaknya kalian sendiri tidak bisa menghitungnya bukan.

Setelah beberapa menit terdiam di sana, Ice keluar.

Niat ingin tidur namun dia urungkan setelah bertemu Solar.

Berasa di dalam situ membuat perasaannya sedikit tidak nyaman.

Namun Ice selalu berusaha menyanggahnya.

Entah sampai kapan dia akan berusaha menyanggah perasaan itu.

Namun aku yakin suatu hari nanti kau akan sangat menyesal Ice.

..........

Solar terbangun saat di rasa ada seseorang yang mengguncang tubuh nya dengan pelan.

Dia mengerjapkan matanya sebentar melihat ke arah siapa yang telah membangunkan dirinya.

"Bangunlah, UKS sudah mau di kunci. Jangan menyusahkan." Suara berat yang berasal dari kakak ketiganya membuat Solar langsung tersadar, walau ia sedikit linglung namun Solar mengangguk pelan.

Di belakang Gempa ada Yaya yang sudah memegang kunci ruangan UKS.

Solar dengan pelan turun dan berjalan dengan langkah yang sangat pelan.

"Gem, kamu tidak mau membantunya?" tanya Yaya membuat Solar yang masih berada di sekitar situ terdiam sejenak di tempat.

"Tidak, untuk apa aku harus menolongnya, memang dia siapaku." Mendengar perkataan Gempa itu membuat jantung Solar seakan di tusuk ribuan pisau.

Maka dengan segera Solar benar-benar berusaha untuk segera keluar dari situ.

Tak ingin mereka melihat air matanya yang sudah turun perlahan tanpa di minta Solar.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang