Chapter 54 [End]

2.5K 175 159
                                    

Sejak kejadian di taman beberapa hari lalu, kondisi Solar benar-benar semakin memburuk.

Saat di bawa kembali ke rumah sakit menggunakan ambulans, kondisinya bisa di bilang begitu parah.

Bahkan Beliung sampai frustasi saat menangani Solar, ketika dia sekali lagi mendapati seseorang yang dia kenal hampir kehilangan nyawanya.

Seluruh keluarga Solar sudah berkumpul di rumah sakit dengan perasaan cemas.

Mara bahkan tak kuasa menahan tangisannya yang kembali keluar- saat mendapat kabar bahwa kondisi Solar memburuk.

Mendengar berita itu mereka semua langsung bergegas menuju rumah sakit, menunggu dengan harap cemas di depan pintu ugd.

Saat Beliung keluar dia langsung di sambut oleh deretan pertanyaan dari semua keluarga Solar tanpa henti.

Dengan menghela nafas sejenak Beliung menarik nafasnya, berusaha mengutarakan berita sedih ini walau dia sendiri rasanya bisa menangis setelah mengatakan hal ini.

"Maafkan saya yang harus menyampaikan berita sedih ini, namun pasien Solar.....umurnya hanya tinggal menghitung hari saja." Yang sontak mengundang syok dari semua anggota keluarga Solar.

Bahkan Mara langsung jatuh pingsan setelah mendengar kabar tersebut, yang tentu langsung membuat seluruh keluarganya panik.

Dan ini sudah hari keenam sejak Solar tidak sadarkan diri, alias koma.

Sekarang ada Gempa yang tengah menjaga Solar. Mereka masih bergiliran untuk menjaganya, namun khusus untuk Mara dia masih tak di ijinkan untuk menjaga Solar.

Karena besoknya setelah Beliung menyampaikan kabar buruk tersebut, saat Mara datang melihat keadaan Solar keesokan harinya. Mara mendadak menjadi histeris, sambil menangis kuat dan berteriak hebat Mara mengguncang tubuh Solar. Menyuruh agar Solar bangun dan mengatakan bahwa semua yang di sampaikan Beliung adalah kebohongan.

"SOLAR BANGUN NAK! BANGUN! KATAKAN PADA MAMA BAHWA SEMUA YANG DOKTER SAMPAIKAN ITU ADALAH KEBOHONGAN BELAKA! KAU MENYURUH DOKTER UNTUK MENGATAKAN HAL ITU KARENA KAU MASIH MARAH PADA MAMA KAN!! BAIKLAH MAMA TIDAK KEBERATAN JIKA KAU MASIH MARAH PADA MAMA! TAPI TOLONG BANGUN DAN KATAKAN SEMUA ITU ADALAH KEBOHONGAN!! KAU TAK MUNGKIN MENINGGALKAN MAMA KAN!!" teriak Mara begitu kuat.

Yang sontak membuat kepanikan, bahkan para suster segera membawa tubuh Mara menjauh dari Solar. Mara bahkan Mara sempat memberontak saat di jauhkan dari Solar, dia terus berteriak seperti orang yang kehilangan akalnya. Karena masih tidak terima dengan perkataan Beliung kemarin.

"LEPASKAN AKU! AKU HARUS MEMASTIKAN SENDIRI DARI MULUT ANAKKU BAHWA ITU SEMUA ADALAH KEBOHONGAN!! ANAKKU TAK MUNGKIN MENINGGALKAN KU!! ANAKKU TAK MUNGKIN PERGI DARI KU SECEPAT INI!!!" teriak Mara begitu tubuhnya di seret paksa keluar dari ruang rawat Solar.

Beruntung ada Halilintar yang sedang berada di rumah sakit di saat yang sama- sebenarnya dia tadi sedang membeli minuman untuk dirinya dan Mara. Namun saat kembali ke depan ruangan adik bungsunya, Halilintar di buat terkejut saat melihat bagaimana kacaunya kondisi sang Ibu, yang terus berteriak histeris sambil menangis.

Sejak hari itu Mara benar-benar di larang untuk mendekati Solar, takut terjadi hal yang tidak di inginkan jika Mara di tinggal berdua saja dengan Solar.

Jadi saat ini hanya Gempa yang tengah menjaga Solar.

Dia menatap tubuh adiknya yang sejak awal sudah kecil menjadi lebih kecil lagi, efek dari penyakitnya.

Gempa mengelus tangan Solar yang terbebas dari infus, manik gold miliknya menatap sendu pada kondisi Solar sekarang.

"Dek....." Gempa memanggil, menarik nafasnya sejenak sebelum melanjutkan perkataannya.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang