Chapter 28

669 80 10
                                    

Hai haiii..

Btw author baru sadar ya kalau author belum nambahin scene Solar depresi bukan.

Sepertinya akan author pikirkan lagi bagaimana nanti cara masukin scene cerita itu.

Jadi siapkan hati kalian ya wkwkwkwk.

Btw maaf ya author dalam Minggu ini sangat sibuk jadi belum sempat update, minggu depan juga sama karena author bakalan ada uts lagi mana langsung dua lagi🥲.

Jadi maaf ya jika author agak slow up untuk beberapa minggu ini, semoga saja author bisa update lebih cepat lagi. Doakan saja ya.

Baik segitu dulu dari author.

Happy reading all!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Masih di waktu yang sama.

Solar berhasil tepat waktu datang ke sekolah, nafasnya terengah-engah dia memegang lututnya sendiri sambil mengatur nafasnya yang hampir habis.

Sungguh saking takut Solar telat sampai dia berlari seperti itu, melupakan rasa sakit di tubuhnya.

"Hah...hhh....untung sampai di sekolah..." gumamnya lega, Solar pun berjalan masuk ke dalam sekolah.

Segera pergi ke kelasnya dan duduk di sana sambil masih mengatur nafasnya sembari menunggu guru masuk.

"Sepertinya tadi aku lupa deh nanyain nama orang itu, hhh...padahal aku suka pencampuran warna matanya, semoga bisa bertemu lagi deh." kata Solar pelan, berharap bahwa dia bisa bertemu orang itu lagi.

"Tapi apa aku tadi terlalu sok akrab yah, aduh gimana kalau dia menganggap ku sangat aneh karena sudah sok akrab pada orang baru. Hahhh....aku melakukan kesalahan lagi kah." Solar menjatuhkan kepalanya ke atas meja, dia bergumam tidak jelas. Solar takut dia kembali melakukan kesalahan lagi, apa orang itu sebenarnya tidak nyaman atau dia dalam hati mengatai Solar.

Rasanya Solar ingin menangis, kenapa sih tadi dia harus banyak bicara bukan seperti dirinya saja, harusnya Solar kembali diam seperti biasa.

Terlalu sering mengalami hal itu membuat Solar sendiri takut dan memikirkan hal-hal buruk.

Tapi mau bagaimana lagi dia sudah terlalu sering seperti ini hingga Solar tidak tahu cara menghentikan semua pemikiran buruknya.

"Aku akan meminta maaf karena sudah sok akrab, semoga bisa bertemu lagi." gumam Solar lesu.

Dia mengerucutkan bibirnya sambil sesekali membenturkan kepalanya ke meja dengan pelan, Solar masih memikirkan kebodohan yang dia lakukan.

Padahal apa yang dia lakukan sama sekali tidak salah, apa salahnya coba berkenalan dengan orang baru.

Yah selagi bukan orang jahat sih.

Tak lama guru pun masuk membuat Solar langsung menegakkan tubuhnya kembali.

Setelahnya dia menyimak dengan baik penjelasan guru.

Waktu berlalu hingga kini istirahat pun tiba, Solar segera membereskan barang-barangnya menyimpannya dengan baik sebelum berjalan keluar menuju perpustakaan.

"Begini....hari ini saya bayar dulu 200 ribu, nanti saya bakal berusaha agar membayarnya secepat mungkin." kata Solar sambil menyodorkan dua kembaran uang merah.

Dia baru saja membayar sebanyak 300 ribu, artinya masih ada 700 ribu lagi yang harus Solar bayar.

Padahal jika di totalkan seluruh biaya ganti bukunya tidak mencapai 1 juta, namun hanya sampai 500 ribu atau 600 ribu, tapi mereka sengaja memahalkan harga ganti bukunya menjadi 1 juta.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang