Haloo.
Hehe author bilang pengen Hiatus tapi kebelet nulis soalnya takut idenya hilang, jadi gitu deh.
Ternyata author salah hitungin hari wkwkwkwk, harusnya author bilang mau Hiatus selama seminggu saja.
Soalnya author terakhir UAS Rabu depan jadi kemungkinan update an selanjutnya akan author usahakan di Kamis depan, jadi mohon di tunggu ya😁.
Chapter kali ini lumayan panjang dan menguras energi.
Oh ya author berharap yang baca cerita ini tolong di vote jangan jadi siders🥲, sejujurnya yang bikin author semangat nulis tuh karena banyak yang vote. Karena apa? Karena author merasa di hargai setidaknya author tahu kalian suka dengan cerita author🥲😭
Soalnya author sangat senang jika ada yang vote bahkan jika itu hanya 1 saja soalnya setidaknya author tahu ada yang baca cerita author yang kadang gak jelas ini, kalau kalian siders gimana author mau tahu coba.
Terus bagi yang komen author sangat berterima kasih banyak buat kalian karena mau ramein lapak author, di tambah yang vote sama komen author sangat lope lope buat kalian hehe❤️ (maaf ya kalau agak alay)
Jadi author harap kalian setelah ini vote ya cerita author lagipula gak susah kan buat tekan tombol bintang nya🥲 maaf jika author sedikit melunjak 😭
Baiklah segitu dulu dari author, semoga kalian menikmati cerita ini, namun sebelum itu siapkan tisu, kesabaran dan mental kalian.
Warning kekerasan!!!! Jangan di tiru!!! Semua hanya fiktif belaka!!!
Happy reading all !!!!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------Waktu berlalu dengan begitu cepat kini sudah memasuki akhir bulan Januari, juga semester baru hampir satu bulan terlewat.
Bagi Solar harinya berjalan sama saja, tidak ada yang istimewa, terkadang kala dia juga bertemu dengan Sopan sesekali walau tidak terlalu sering. Lalu jika kalian bertanya urusan pekerjaan Solar, jawabannya buruk sekali. Dia sudah mendapatkan surat teguran dua kali dari atasan, jika sampai ada tiga surat maka Solar akan di pecat dari pekerjaan nya menjadi pelayan restoran.
Memikirkan hal itu saja sudah membuat kepala Solar sakit, di tambah obatnya sudah mau habis membuat Solar menghela nafas kala mengingatnya, ingin beli lagi namun dia tidak punya banyak uang. Solar hanya takut karena jika penyakitnya sudah kambuh maka dia tidak bisa berbuat apa-apa sama sekali, selain menangis meratapi nasibnya.
Lagipula Solar cukup boros menghabiskan obat miliknya, bagaimana tidak setiap kali dia kambuh selalu dua butir obat yang ia telan, jika sangat sakit maka tiga butir pun akan Solar telan. Entahlah padahal selama ini Solar tidak mengikuti dosis yang sudah Beliung berikan, namun sepertinya tubuhnya baik-baik saja.
Solar menghela nafas pelan saat berjalan memasuki gedung sekolahnya, entahlah apa dia bisa menikmati waktu damai miliknya di sekolah sebelum dia meninggal, namun sepertinya Rion, Alan dan Noah tidak memikirkan hal yang sama dengannya.
Baru datang saja Solar sudah di sambut dengan air bekas pel yang Noah siram padanya, padahal masih pagi namun hal buruk sudah saja menimpa Solar.
"Hahahahahaha, astaga lihat itu semua ada yang belum mandi saat datang ke sekolah makanya kami bertiga dengan senang hati memandikannya." ejek Rion sambil tertawa, kebetulan sudah ada beberapa murid lainnya di sana. Sudah ramai sih, soalnya Solar hari ini agak telat bangun jadi saat dia pergi sekolah sudah banyak murid yang berdatangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]
FanfictionKisah tentang kehidupan Solar yang selalu di acuhkan dan tidak di anggap oleh keluarganya. "Kalianlah yang sudah membunuh jiwaku secara perlahan, selamat kalian telah berhasil membuatku menyerah. Karena aku sudah terlalu lelah akan segalanya." Boboi...