Halo semuanya 👋.
Semoga kalian suka dengan chapter kali ini.
Btw author mau kasih tahu kalau besok tidak ada up karena mau di pake libur hari minggu, tapi jika tidak ada halangan maka Senin author bakalan update.
Oke sekian dulu dari author.
Happy reading semuanya!!!
-----------------------------------------------------------
-------------------------
-----------------------------------------------------------Solar menangis selama beberapa saat, setelahnya dia langsung saja beranjak ke kamar mandi.
Mencuci wajahnya karena pipinya terasa lengket di karenakan air mata miliknya yang sudah mengering.
Solar menatap dengan kosong ke depan cermin yang menampilkan pantulan dirinya.
"Kau sangat menyedihkan Solar." gumamnya pelan.
Sambil tertawa miris sekali lagi.
Sebelum akhirnya beranjak ke bawah dan mulai membersihkan rumah.
Solar mengerjakan tugasnya dengan baik, hanya tersisa menyapu halaman saja.
Namun sebelum itu terjadi dapat Solar rasakan ada sesuatu yang mengalir dari lubang hidungnya.
Membuat dirinya sontak memegang lubang hidungnya.
Yang kini sudah mengeluarkan darah.
Ah dia mimisan.
Maka Solar langsung menutup kedua lubang hidungnya berusaha menahan darah itu agar tak mengalir lebih hebat.
Solar langsung saja berlari secepat mungkin ke kamarnya, segera ia masuk ke kamar mandi miliknya dan berusaha menghilangkan darah itu.
"Kenapa sih akhir-akhir ini aku sering mimisan." gumam Solar pelan.
Tak sampai di situ kini Solar mulai merasakan mual kembali.
Namun ketika hendak mengeluarkan isi perutnya yang kembali keluar hanya cairan bening.
Itu membuat tenaga Solar terkuras.
Dengan perlahan ia menyandarkan punggungnya pada dinding kamar mandi.
Sambil berusaha mengatur nafasnya yang terasa berat.
"Hahhh..hahhhh...sa..kitt..." gumam Solar tak berdaya.
Selama beberapa saat dia masih diam di kamar mandi itu setelah di rasa agak baikan dia lantas beranjak bangun dan berniat kembali menyapu halaman.
Namun sebelum tangannya menyentuh knop pintu kepalanya langsung di dera pusing yang sangat hebat.
Membuat Solar langsung jatuh terduduk sambil meremas rambutnya kuat.
"Arghhh...." erangnya kuat.
Solar merasakan sakit yang teramat dari kepalanya, bahkan dia bahkan sudah memukuli kepalanya sendiri.
Berharap sakit itu segera menghilang.
Namun tidak juga mereda.
Bahkan Solar tidak peduli lagi jika harus membenturkan kepalanya ke dinding kamar kuat.
Berusaha menghilangkan sakit itu.
Setelah sepuluh menit barulah rasa sakit itu menghilang.
Membuat Solar langsung menghela nafas leganya.
Dia menyenderkan punggungnya ke dinding kamarnya.
Solar mendongakkan kepalanya.
Merasa lega karena sakit yang datang beruntun sudah menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]
FanfictionKisah tentang kehidupan Solar yang selalu di acuhkan dan tidak di anggap oleh keluarganya. "Kalianlah yang sudah membunuh jiwaku secara perlahan, selamat kalian telah berhasil membuatku menyerah. Karena aku sudah terlalu lelah akan segalanya." Boboi...