Chpater 50

1.6K 129 52
                                    

Hai haii!!

Sudah empat hari ya author gak update, maaf ya sedang kehabisan ide di tambah author selalu susah menentukan kata-kata yang tepat jadinya agak lama🥲

Tadinya author mau usahakan nulis dari jam tujuh begitu tapi karena kepala author sedang pusing jadinya author kurungkan niat sebentar buat nulis, saat agak mendingan baru deh lanjut.

Semoga chapter kali ini gak membosankan bagi kalian ya🥲

Oh ya maaf kalau author bilang mau usahakan update pas sudah libur, tapi ternyata susah hehe semakin mendekati ending semakin bingung mau nulis apa saja😭

Yah segitu dulu bacotan dari author.

Stay tune dan jangan lupa vote dan komennya yah.

Jangan jadi silent reader.

Sekian dari author.

Selamat membaca semuanya!!!
----------------------------------------------------------
-------------------------
----------------------------------------------------------

Keenam saudara Solar menatap nanar pintu igd di depan mereka, belum genap satu hari mereka kembali lagi ke depan ruangan ini.

Kondisi Solar memburuk yang menyebabkan Beliung langsung membawanya ke igd.

Bukan hanya itu kondisi mereka berenam sendiri terlihat sangat kacau, bekas air mata terlihat jelas di pipi mereka. Wajah mereka semua terlihat kacau, bahkan Gempa sampai duduk di atas lantai dingin rumah sakit sambil menyandarkan punggungnya di dinding. Kepalanya dia tenggelamkan di antara lipatan tangan dan lututnya yang sebagai tumpuan.

Gamma dan Rimba juga ada di sana, dengan jarak yang sedikit jauh. Mereka terdiam menatap kondisi keenam orang itu, apalagi Gamma yang menatap mereka dengan tatapan nanar.

"Apa... dulu kalian semua sama seperti ini." ujar Gamma yang masih menatap lurus ke mereka, Rimba yang mendengar perkataan itu langsung menoleh pada adik kembarnya.

"Yah kau benar, kondisi kami dulu sama kacaunya dengan mereka. Tapi aku tidak tahu dengan Kak Bel, karena dia sendiri dokter yang menanganimu di dalam." balas Rimba pelan, tatapan matanya masih menatap Gamma yang masih menatap enam saudara elemental dengan lekat.

Gamma di buat tersentak saat tiba-tiba tubuhnya di bawa ke dalam pelukan Rimba.

"Kak Rimba, ada apa?" tanya Gamma kebingungan. Namun dia terdiam saat merasakan baju di bagian bahunya mulai basah, pertanda Rimba tengah menangis di sana.

Gamma langsung mengelus punggung sang kakak lembut dan membalas pelukannya.

"Ma-maaf Gamma....walau kau sudah memaafkan kami tapi sampai kapan pun kami tidak akan pernah bisa melupakan apa yang telah kami lakukan padamu, maaf ya Gamma. Maaf..." gumam Rimba pelan dan Gamma lantas menggeleng.

"Sudah Kak tidak apa, itu semua sudah masa lalu. Jangan menangis lagi ya, aku jadi ingin menangis melihat Kakak seperti ini." ujar Gamma dengan suara parau.

Lantas Rimba melepas pelukannya lalu menangkup pipi Gamma dengan kedua tangannya, dia sedikit terkekeh saat ada setetes air mata yang jatuh mengalir ke pipi Gamma.

Do I Have The Right To Be Happy? [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang