Bab 10

2K 144 7
                                    

Cerita ini ada 49 bab + 2 ekstra part yang hanya ada di Karyakarsa. Buat yang mau baca duluan, silakan ke platform sebelah, karena sudah ada 25 bab...

Kalau di sini, aku tambah satu bab lagi, ya.... Selamat membaca.


Sejauh ini, selama dua puluh sembilan tahun Air hidup, tiga kali menjalin cinta dengan pria, baru kali ini ada seseorang yang dengan sopannya meminta ijin untuk mengenalnya lebih dekat. Untuk mengenal saja meminta persetujuan.

Entah karena usianya yang bukan lagi remaja, atau karena begitu lelah dengan pertanyaan kapan nikah, sedangkan barangkali dia sudah malas berbasa-basi tanpa tujuan jelas, yang pasti Mada bersikap layaknya lelaki sejati. Mengungkapkan keinginannya untuk bisa mengenal lebih dekat dengan cara baik-baik, tanpa paksaan, juga tanpa ungkapan berlebihan.

Air melihat kesungguhan dari binar mata Mada. Namun, masih tersisa sedikit rasa mengganjal dalam benaknya. Entah karena Mada, atau karena sesuatu dalam dirinya sendiri?

"Maksud kamu, mengenal yang seperti apa?" Air memandang Mada yang berkedip beberapa kali, meyakinkan pendengarannya.

"Mungkin kalau remaja bilangnya masa PDKT?" Mada meringis, sembari menggaruk kepala belakangnya.

"Jujur, aku merasa kamu sedikit tertutup, makanya aku mau terus terang sejak awal. Aku memiliki niat untuk mengenal kamu sebagai pria dewasa. Dan, kalau kamu−"

"Oke," sergah Air, bahkan sebelum Mada melanjutkan ucapannya. "Mari kita saling mengenal."

Mata Mada membola ketika mendengar ucapan Air barusan. Tapi tak lama, lesung pipinya tampak kembali.

Entah apakah itu adalah jawaban yang tepat untuk hatinya, yang jelas sejak pertemuannya dengan Mada saat menonton bersama Puspa dan Kendra kemarin, Air merasa dia mesti membuka hati untuk seorang pria. Setidaknya setelah sekian lama ia membiarkan hatinya kosong tak tersentuh. Mungkin saja Mada adalah orang yang tepat, di waktu yang tepat pula.

"Coba dulu, Ir. Mada itu baik banget orangnya. Enggak akan nyesel, kok, mencoba membuka hati buat dia, nggak ada ruginya." Begitu kata Puspa sejak dia memberitahukan ide perjodohannya kali ini.

Apakah ini terlalu cepat? Entah, Air mengikuti apa kata logika, yang menuntunnya mencoba memberikan kesempatan buat seseorang. Lagi pula, Mada pun menawarkan sesi perkenalan, bukan langsung menikah besok.

Semestinya Air bisa jatuh cinta kepada pria ini, mungkin besok, atau lusa, atau kapan pun hatinya berbicara. Mada orang yang menyenangkan. Dari caranya bersikap dan berbicara, setidaknya sejauh ini tidak ada hal yang mengganjal dan mencitrakan Mada sebagai pria brengsek seperti cerita-cerita sumbang soal pria baru kenal yang kerap dia baca di Twitter.

Enggak ... enggak, kalau Mada adalah orang jahat, mana mungkin Puspa memperkenalkannya.

Semoga ini adalah pilihan yang tepat baginya, juga bagi Mada. Logika menuntut untuk menghapus segala rasa atau apa pun tentang Akar. Segala upaya pernah Air coba, mulai dari menyendiri, melakukan perjalanan ke keluar kota dalam rangka menyenangkan diri, hampir setiap hari pergi bersama teman-temannya, bahkan ia pun sudah berkonsultasi ke ahli psikologi, lantaran pikiran-pikiran yang semburat di otaknya efek patah hati memiliki dampak ke kesehatan fisik Air.

Ia pernah mencoba memaksa diri menerima seseorang baru, tapi sama sekali tak berpengaruh apa pun. Mungkin saat itu, Air masih merasa benar-benar belum menerima kenyataan kalau Akar sudah pergi dari hidupnya. Namun, kini semua terasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Setelah sekian lama, Air merasa harus kembali mencoba untuk membuka diri. Seumpama sampai detik ini pun sisa-sisa kenangan itu masih bercokol di dalam sana, lantas, harus bagaimana kalau bukan mengganti dengan paksa.

Repeat, I Love You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang