Bab 30

1.6K 106 2
                                    

Sinar matahari di hari Minggu yang mulai meninggi sama sekali tidak membuat Nami menghentikan aktivitasnya bermain air bersama Akar. Mereka justru semakin bersemangat berenang ke sana kemari. Sesekali Nami tertawa sampai kencang, membuat Air ikut menyunggingkan senyuman melihat interaksi ayah dan anak itu.

Pada akhirnya, dia memang tidak bisa menolak ajakan Nami untuk menemaninya berenang hari ini. Meski dia tidak ikut mencemplungkan diri ke kolam dan hanya menemani dari tepi, rasanya Nami sudah cukup puas dengan kehadirannya.

Pandangan Air kini berpindah ke papanya Nami. Barangkali merasa diperhatikan, Akar tersenyum kepadanya. Seutas gerak ekspresif yang membawa kembali obrolan di dalam mobil beberapa hari yang lalu. Pembicaraan yang kemudian menautkan kisah lama mereka, yang membuat seolah-olah tujuh tahun tanpa kebersamaan adalah jeda tanpa lara. Sebab Air pun merasakan hal yang sama.

Dia tidak pernah lupa, enggan menyasap Akar dari hatinya. Namun, kali ini sedikit berbeda. Sudut terdalam yang semula dihuni Akar saja jadi terdesak oleh sosok mungil yang melambaikan tangan dari tepi kolam. Ruangnya terbagi dua. Akar dan anaknya.

Air tersenyum lebar ketika Nami berjalan ke arahnya sambil menekuk kedua tangan ke depan dada. Perempuan itu mengambil handuk yang tergeletak di belakang sun lounger yang dia duduki.

"Sudah berenangnya?" tanya Air.

"Sudah." Nami membalik badan menghadap ke kolam usai Air membebat badan Nami dengan handuk.

"Nami mau mandi sekarang?" kata Akar, usai berenang sampai di tepi kolam. Anak itu mengangguk sembari menggigil kedinginan. "Oke. Ayo papa mandiin."

Air mundur beberapa langkah ketika Akar keluar dari kolam dengan badan yang basah. Perempuan itu mengalihkan pandangan ke arah lain seraya menyodorkan handuk kepada pria itu.

"Thank you," ucap Akar. Pria itu memiringkan kepala tepat di depan Air. "Kenapa?"

Barangkali cuaca Semarang sedang panas-panasnya, Air merasakan hawa panas menerpa muka. "Enggak kenapa-kenapa. Sana bilas dulu sama Nami."

"Oke."

Lewat ekor mata, Air melihat Akar menenteng tas dan menggandeng anak perempuannya menuju ke tempat berbilas di ujung area kolam renang. Ketika jarak mereka sedikit lebih jauh, perempuan itu akhirnya menolehkan kepala ke ayah dan anak yang mengecil di pandangannya.

Air menghembuskan napas, lalu menyentuh dadanya. Akar yang bertelanjang dada, basah dan hanya mengenakan celana renang saja cukup membuatnya salah tingkah. Perempuan itu mencoba menghirup udara banyak-banyak, mencoba menjinakkan hasrat yang agak liar melihat pemandangan tadi.

Dia mengibas-kibaskan tangan mengusir panas yang seketika datang. Matanya dia paksa gelayaran ke sekeliling area kolam renang. Sungguh, di sini banyak orang yang juga sedang melakukan aktivitas yang sama seperti Akar dan Nami tadi, tapi saat melihat sosok lain, efeknya tidak sama seperti saat dia melihat mantan kekasihnya itu.

"Setop, Air. Setop." Air mencoba mengalihkan pikiran. Dia mengambil ponsel dari dalam tas, kemudian membuka media sosialnya.

Kira-kira berjarak dua puluh menit, Nami sudah kembali lagi dengan kaos warna putih bergambar seorang anak dengan topi dan rok tutu warna merah muda. Gadis kecil itu tampak segar dengan rambut basah yang tersisir ke belakang.

Air mengernyit ketika mendapati punggung anak itu kelihatan basah. Dia pun menyentuh ujung rambut Nami, lalu menekuk bibirnya. "Tadi Papa buru-buru, ya, mandiin Nami?"

Seolah tidak peduli dengan pertanyaan Air, Nami malah mengedarkan pandangan ke arah kolam. Air pun mengambil beberapa lembar tisu dari dalam tas, lalu mencoba sedikit mengeringkan rambut anak itu. Perempuan itu berdecak ketika menyadari apa yang dilakukannya sia-sia. Dia menoleh ke arah ruang bilas. Namun, bukannya segera mendekat ke mereka, Akar malah berhenti dan mengobrol dengan beberapa perempuan yang duduk di sun lounger beberapa meter di depan sana.

Repeat, I Love You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang