Bab 9

1.8K 143 2
                                    

Terik matahari tidak pernah jadi ancaman bagi Akar. Angin panas yang menerka wajahnya, bukan masalah berarti pula. Langkahnya mantap memutari pabrik baru dan gudang pakannya di kawasan industri di Semarang Barat. Persiapannya sudah mendekati sempurna. Setidaknya, sejauh dia memimpin Goldy, ini pencapaiannya yang cukup mengesankan. Bermula dari usaha mandiri kakeknya membuka peternakan ayam petelur berpuluh tahun yang lalu di Perbatasan Malang-Blitar, usahanya merambah pembibitan dan penyedia pakan bagi dunia perunggasan.

Pendiri Goldy, Candra Tenggara adalah orang yang keras kepala. Setidaknya sifat kerasnya itu pada akhirnya mampu membuat Goldy berkembang hingga seperti sekarang. Tidak ada kompromi dengan kegagalan. Segalanya harus terbayar, harus lunas. Begitu prinsip yang dipegang oleh Kakek Candra hingga sekarang. Dia begitu kaku dan teguh pada pendirian, kalau karang saja bisa menyerah oleh deburan ombak, hingga detik ini, Akar bahkan tidak pernah mendapati Kakek Candra sedikit melunak oleh apa pun, jika dia sudah menginginkan sesuatu.

Hampir segala hal penting dan strategis dalam kehidupan keluarga Tenggara, selalu ada campur tangan kakeknya. Bahkan soal kehidupan anak dan cucunya. Namun, barangkali Akar mengakumulasi keberuntungan setahunnya, ia bisa lolos dari tekanan sang kakek untuk berkuliah di universitas negeri di Semarang alih-alih melanjutkan pendidikan ke luar negeri seperti kolega keluarganya.

Meski beberapa tahun ia hidup jauh dari keluarga Tenggara dan hidup dengan cara yang berbeda dari kebiasaan lamanya, hubungan darah nyatanya tidak bisa putus begitu saja. Keadaan menyudutkannya sampai titik di mana ia tidak bisa mengelak lagi. Ia mesti kembali, dan mengudari tali yang telah mengeratkan jalinan jiwanya.

"Kayaknya aku bakal lebih senang ngantor di sini," kata Akar. Matanya bergerilya menatap setiap sudut gedung besar dengan mesin-mesin yang sudah terpancang di tanah, berdiri angkuh di beberapa bagian. Satu sudut bibirnya terangkat.

"Cakep, Sal," ujarnya, jemawa.

"Surabaya?" Faisal tergopoh-gopoh sembari mengelap keringat dengan sapu tangan, mengikuti langkah besar-besar Akar.

"Kan, ada Om Fendi."

Dahi Faisal berkerut mendengar jawaban yang terlontar dari Akar, yang bahkan tidak menoleh ke arahnya. Mengikuti Akar kembali berjalan, Faisal menoleh ke kanan dan kiri, seolah berjaga tidak ada orang yang mengikuti mereka, kemudian berlari menuju ke Akar yang berjalan lebih dahulu.

"Jujur. Ini bukan cuma karena Goldy akan ekspansi ke Jawa Tengah 'kan?" tuduhnya, begitu sampai di samping Akar.

Seolah-olah mampu membaca pikiran lawan bicaranya, Faisal menyunggingkan senyum mengejek kepada Akar. Berkawan baik sejak masa kuliah membuat Faisal mengerti betul jalan pikiran Akar. Pria ceking berkacamata itu kerap membantu Akar sejak dulu, bahkan sejak Akar memiliki persona sebagai orang sederhana yang kerap menunjukkan dompet kosongnya.

Siapa akan mengira kalau Akar adalah cucu dari seorang pengusaha. Akar adalah pewaris satu-satunya bisnis keluarganya. Cucu pertama dan satu-satunya keluarga Tenggara. Akar menghentikan langkahnya tiba-tiba, hingga Faisal hampir saja menabrak tubuh Akar.

Akar menarik lengan baju tangan kirinya, melihat penanda waktu yang melingkar di sana. Kemudian, ia menoleh kepada Faisal.

"Mana kunci mobil?" tanya Akar, sembari melepaskan dua kancing teratas kemejanya. Dengan segera, Faisal mencari kunci mobil di saku celana, kemudian menyerahkan kunci itu kepada Akar.

"Naik Grab atau Taxi atau apa pun ke hotel. Ada yang mau aku urus," ujar Akar, sembari menggulung lengan kemeja putihnya hingga siku, lalu berbalik arah menuju ke tempat di mana mobil perusahaan diparkirkan. Faisal melongo mendengar ucapan Akar.

"Kar, kau gila atau bagaimana? Mana bisa aku ditinggal begitu saja," seru Faisal, tak memedulikan beberapa orang yang menatapnya.

Mendengar Faisal menggerutu, Akar membalik tubuhnya, berjalan mundur seraya memutar-mutar kunci mobil di telunjuknya.

Repeat, I Love You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang