Bab 1

7.6K 213 2
                                    

Halo, Teman-teman semua....

Sebelum baca, aku cerita dan jelaskan di awal dulu, ya, biar tidak salah paham. :-D

Jadi, cerita ini mulanya ada di platform gurita (tahu, kan, ya? hehehe) sebagai cerita resmi dan berbayar di sana tapi sudah selesai kontrak. Sekarang, RILY ini aku rilis di DUA platform. Karyakarsa dan Wattpad. Kenapa? Karena memang mulanya cerita ini eksklusif di platform berbayar. Kalau teman-teman mau baca lebih cepat dan lengkap, bisa baca di KK. Saat teman-teman membaca bab 1 ini, di KK sudah ada 10 bab gratis. Untuk selanjutnya, aku akan rilis seminggu sekali 1 bab di Wattpad dan di saat yang sama akan rilis 2 bab baru di hari Minggu.

Akun KK-ku: elisabethika

Namun, aku akan tetap merilis cerita ini di Wattpad sampai BAB sebelum EXTRA BAB (yang hanya ada di KK).

Apakah ada perbedaan dengan di platform sebelumnya? jawabannya, ada. Terutama di bab-bab akhir. 

Buat teman-teman yang sudah pernah beli di platform sebelumnya bisa dm aku di IG, biar bisa baca versi KK dengan voucher khusus dengan menyertakan bukti pembelian di platform sebelumnya.

Semoga bisa dipahami, ya. Terima kasih untuk dukungannya selama ini.

Selamat membaca, dan semoga terhibur.

Warning! Cerita ini bisa menimbulkan kekesalan, second lead syndrome, dan buat yang anti balikan sama mantan, better jangan baca (boleh baca tapi jangan mara-mara, ya), hehehe...


___**___



Semarang, Februari 2018

Jemarinya memainkan pena, kemudian mengamati barisan tulisan di lembar kertas dua lapis berwarna hijau dan putih. Air merasa, otaknya hampir meledak karena tumpukan laporan yang harus dia selesaikan hari ini. Entah bagaimana, tapi akhir bulan ini, adalah neraka baginya. Benar-benar menyiksa. Kacamata yang membingkai apik wajahnya ia lepas. Air mengurut pangkal hidungnya, berharap dia hanya salah lihat tinggi tumpukan laporan yang teronggok di sudut meja kerja.

"Laporan bulanan belum selesai, Ir?" tanya Puspa ketika berjalan mendekat ke meja kerja Air. Wanita itu hanya menggeleng lemah tanpa menatap si penanya.

"Wah, gila. Anak-anak TS memang lagi ngerjain kamu," gumamnya.

"Entah. Nggak biasanya mereka separah ini." Menghela napas panjang, Air mengambil satu bundel laporan. Tangan kirinya meraih kalkulator dan pena merah di tabung jaring-jaring hitam di sudut meja satunya.

Air memang sedikit lebih payah daripada bulan-bulan yang lalu. Biasanya para TS atau technical service—salah satu jabatan di kemitraan ayam tempat Air bekerja, yang bertanggung jawab melakukan jadwal kedatangan DOC (Day Old Chick = anak ayam usia sehari), pengaturan pakan, memantau pemeliharaan ayam broiler hingga panen, sesuai dengan standar perusahaan—selalu melaporkan hasil kerja mereka tepat waktu. Namun, kali ini berbeda. Air pun tak mengetahui, kenapa begitu banyak laporan yang terlambat. Mungkin sedang banyak masalah di lapangan? Entah, yang jelas Air sudah malas menerka penyebabnya.

"Sini, aku bantuin. Kasihan amat kamu mesti kerja sendiri." Puspa mengambil beberapa bendel laporan, melirik ke Air yang sedang mengecek perhitungan hasil panen ayam.

"Aku cek data penjualan, ya, Ir."

"Thank you, Pus." Air tidak menoleh, matanya terpaku pada layar kalkulator dan jemarinya lincah menari di atas tombol mesin hitung itu.

Repeat, I Love You! (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang