Udara yang panas.
Batuan keras.
Raungan ganas.
Tubuh yang letih ketika hati bergetar akan teror.
Raungan makhluk besar yang berniat untuk melahap segalanya.
Waktu terasa melambat dihadapan mulut masif makhluk itu. Aku menelan air liur ku sendiri ketika aku menahan napas dengan teror yang telah datang menghampiri ku.
Ratusan - tidak, ribuan gigi-gigi tajam makhluk itu terlihat seolah berputar ketika mereka menggiling batuan yang menyentuh mereka.
Apa? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa aku berada di tempat ini? Apa yang sedang aku lakukan? Apa aku akan mati? Disini? Di tempat yang dimana tidak ada seorang pun akan menemani ku? Mati... Sendirian?
Aku menggertakkan gigiku ketika semua pertanyaan-pertanyaan itu datang dan pergi di dalam kepala ku.
Aku mengulurkan tangan kananku kedepan. Mengarahkan telapak tanganku tepat ke moncong makhluk itu yang terbuka lebar.
"DASAR BEDEBAAAAAAAAAAAHHHH~!!"
Aku mengumpulkan kekuatan sihir pada tanganku.
[Anda menggunakan skill 'Sihir api(199%)']
Aku sama sekali tidak memikirkan apapun yang dapat dikatakan sebagai rencana di situasi seperti ini. Aku hanya berharap agar monster mengerikan ini segera menghilang dari hadapanku. Sekarang juga.
Karena aku belum ingin mati.
Suara teriakan atau raungan memenuhi telinga ku ketika gumpalan api kebiruan terkumpul di hadapanku. Aku tidak tahu apakah suara itu berasal dari makhluk itu atau dari mulutku sendiri. Satu hal yang dapat kukatakan dengan yakin pada saat itu adalah, aku benar-benar ingin menendang jauh wajah menyeramkan makhluk itu dari hadapan ku.
Sebelum aku menyadarimya, bola api ku sudah terbang kearah wajah makhluk itu. Meledak. Menghempaskan baik aku maupun makhluk itu sebagai akibat pasca ledakannya.
"Gah!"
Ketika aku menyadari nya, punggung ku telah menghantam dinding batuan sementara makhluk itu mengeluarkan suara pekikan terkejut dan terhempaskan kembali ke lautan lava.
Melihat sekeliling ku, aku sebenarnya cukup dekat dari terjatuh ke lava juga. Aku menghela napas lega. Mengangkat tubuhku kembali dan mengambil sabit ku.
"Baiklah, mari tenang dulu sebentar..." Aku menghembuskan napas dari dalam paru-paru untuk menenangkan detak jantung ku yang berdetak dengan sangat cepat karena alasan yang tentunya bukan karena aku sedang jatuh cinta.
Aku mengamati sekeliling ku. Meskipun banyak batuan yang hancur karena tabrakan dari tubuh masif makhluk mirip cacing yang sebelumnya, masih tersisa banyak batuan yang bisa dijadikan pijakan. Aku juga bahkan bisa bertengger di atas seperti ketika aku sedang didesak oleh para Salamander ketika aku pertama kali datang ke tempat ini dulu.
Namun, tubuh makhluk itu tidak hanya besar dan tebal. Panjangnya juga kurasa cukup untuk menyentuh langit-langit lantai 4 jika dia entah bagaimana dapat melontarkan tubuh beratnya itu ke atas. Jadi aku juga masih harus berhati-hati bahkan jika aku menggunakan langit-langit.
Namun, pertanyaannya adalah apakah aku harus melawannya atau lari.
Itu benar. Aku tidak harus melawannya.
Namun...
"___________!!" Sementara aku sedang memikirkan banyak hal di dalam kepalaku, makhluk itu lagi-lagi menampakkan dirinya dan berusaha untuk memakan ku lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/346562180-288-k45968.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[Remaked On Another Book]
Fantasy[Sedang diRemake. Check Bio.] Seorang pria lajang menemukan dirinya terbunuh oleh junior nya di dalam rumah nya sendiri seusai bekerja. "J-jangan salahkan aku, ya kak~? Ini semua salah kakak~ Ya~ salah kakak~!" Namun, ketika dia berpikir dia sudah...