Chapter.16 Sudut Pandang Diantara Manusia(2)

368 41 10
                                    

"... Jadi, namamu Lena, ya."

{... Mn.}

Kecemasan. Itu lah yang saat ini kulihat pada mata No.1 - Lena, lebih tepatnya.

Aku sedikit terkejut dengan apa yang dia katakan padaku, tapi itu tidak sepenuhnya tidak terduga.

Begitu, jadi anakku yang satu ini bereinkarnasi dari manusia sebelum menjadi anakku, ya.

Bagaimana aku harus mengatakan nya... Ini perasaan yang aneh.

{A-apa Mama sekarang membenciku? Maksudku, aku adalah mantan manusia, sih...}

Lena menatapku dengan kedelapan mata merahnya yang berkaca-kaca.

Hmm, dia memang adalah mantan manusia, tapi aku yakin dia tetap anakku, dan dia juga tampaknya benar-benar menganggapku sebagai ibu nya.

... Apakah itu karena dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua pada saat dia masih lah seorang manusia?

Aku menarik dekat tubuh Lena ke arah ku, memeluknya untuk menunjukkan bahwa aku menerimanya, "Lena itu anak Mama, jadi tentu saja Mama menyayangi Lena, bukan?"

Bahkan sekarang pun aku masih belum terlalu mengerti apa yang sebenarnya kurasakan dengan semua hubungan ku dengan anak-anak ku.

Pada aku yang sudah menjadi seorang ibu dari 200 lebih anak ini.

Tapi, setidaknya aku yakin aku tidak membenci hal ini. Jadi, apa yang kukatakan pada Lena bukanlah suatu kebohongan.

Lena tidak mengatakan apapun. Dia hanya mengubur wajah laba-laba nya ke dadaku, menempel pada tubuhku.

-Beberapa menit kemudian.

Saat ini aku sedang berjalan-jalan di sekitar kota.

"Bagaimana aku harus mengatakan nya... Kota ini benar-benar mengeluarkan aura Fantasy, ya."

{Ya, aku sebagai orang yang lahir di kota ini pun bangga pada nya. }

Untuk saat ini, kami tidak punya tujuan khusus apapun. Aku hanya berjalan-jalan ke sekitar kota untuk menenangkan suasana hati Lena saja.

Jalanan batu yang di susun dengan rapi, bangunan-bangunan yang dibangun menggunakan bata dan kayu yang memberikan suasana rileks dan nostalgia dari abad pertengahan, dan pemandangan pertunjukan sihir atau sulap yang terkadang akan terlihat saat kau berjalan ke sekitar.

Ku akui, ini kota yang indah. Sangat indah hingga sulit bagi ku untuk membayangkan bahwa semua ini berada di dalam Dungeon.

Pada saat itu, aku tiba-tiba mengingat sesuatu yang cukup penting.

"Oh ya, Lena, kamu bilang sebelumnya bahwa kamu memiliki seorang kenalan pandai besi, bukan?"

{Hm? Ya, itu benar, tapi... Apakah Mama memiliki sesuatu yang Mama butuhkan dari pandai besi? Bukankah Mama sudah cukup kuat?}

"Yah..." Aku melihat ke atas, menatap matahari yang masih bersinar terang di atas sana, menandakan bahwa bahkan belum satu hari berlalu sejak kami naik dari lantai 3.

"Daripada kurang, bukankah kelebihan kekuatan tempur lebih baik?" Aku mengembalikan pandanganku kepada Lena pada saat aku mengatakan itu, tersenyum guna menyembunyikan apa yang benar-benar ku pikirkan saat ini.

{Begitu... Itu benar, lagipula kita akan berperang dengan para Serigala raksasa itu nanti, sih, ya.}

Lena mengangguk antusias pada apa yang kukatakan. Dia benar-benar mempercayai semua perkataan ku.

"Ya, karena itu mama pikir kita akan butuh senjata atau mungkin alat-alat yang dapat berguna nantinya."

{Kalau begitu, aku juga akan membantu Mama memilih nya nanti.}

[Remaked On Another Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang