Chapter 30. Lantai 4(4)

188 25 3
                                    

Raungan kehancuran bergema di kedalaman lantai yang mulai di banjiri oleh lahar panas cair segar, membawa tembakan cahaya leser yang dapat meleleh apapun melintang jauh di menembus lingkungan dengan suara pembakaran yang tidak dapat di bayangkan.

Tidak berhasil mengenai targetnya yaitu aku, makhluk itu mengangkat moncongnya untuk membawa sinar lesernya untuk mengenai diriku yang sedang bertengger di langit-langit.

Sudut bibirku terangkat ketika aku melompat mendekati wajah makhluk itu alih-alih menghindari serangan nya dengan sabitku yang sudah terisi penuh dengan kekuatan sihir.

Aku melihatnya! Aku dapat melihat semua serangan yang akan dia lakukan sebelum bahkan terjadi!

Dengan seluruh dunia ku terfokus pada hanya untuk bertarung - tidak, saling membunuh dengan makhluk ini, aku entah mengapa menjadi dapat melihat dan merasakan setiap detail kecil yang terjadi di sekitar ku. Termasuk hal-hal tidak mungkin seperti melihat sesuatu yang akan terjadi.

Jujur, aku tidak terlalu mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku hanya mencoba untuk memfokuskan semua bagian diriku untuk hanya bertarung karena pilihan untuk melarikan diri sepertinya sangatlah mustahil.

Namun, aku tidak keberatan. Selama itu bukanlah hal yang menghalangi ku, maka aku menerima nya dengan senang hati!

Aku melemparkan bilah sabitku ke atas, mengulur utas penghubung nya. Lalu setelah terbang cukup jauh dariku, aku menariknya kembali sementara aku terus mengalirkan kekuatan sihirku kedalam nya dan membuat Sabitku sekali lagi mengalami perubahan. Mengendalikan utasku untuk membawa Sabit ke kepala makhluk itu.

"_______________!!" Makhluk itu meraung keras. Menabrakkan tubuhnya ke batuan dan mengamuk untuk menyingkirkan Sabit yang tertanam di wajahnya.

Tentunya, hal itu juga berarti bahwa aku sekali lagi terpengaruh dan menjadi terombang-ambing di udara.

Namun, aku lebih siap dari sebelumnya sekarang.

Daripada membiarkan diriku terlontar bersama Sabitku, aku segera menarik keluar Sabit dari tubuh makhluk itu. Menarik tubuhku untuk jatuh tepat diatas kepalanya sementara makhluk itu masih dalam kebingungan.

"Hhhhaaaaaaa!!" Aku berteriak. Aku menebas, mencungkil, membelah, mencabik-cabik tubuh makhluk itu menggunakan sabitku sebanyak yang aku bisa.

Luka yang aku hasilkan terlihat kecil di tubuh besar makhluk itu. Jujur, aku bahkan sempat takut bahwa makhluk itu akan memiliki kekuatan regenerasi yang tentu akan membuat seranganku menjadi tidak berguna jika itu adalah masalahnya.

Namun, untungnya, aku tidak melihat tanda-tanda bahwa makhluk itu akan menyembuhkan luka yang aku sebabkan bahkan setelah beberapa waktu berlalu sejak saat itu.

"Woah!" Aku kembali ke bentuk manusia ku. Berguling ke samping untuk menghindari serangan laser dari makhluk itu lagi.

Menoleh kebelakang, aku melihat dia masih saja terus menerobos melalui batuan dengan ganas nya seperti sebelumnya seolah dia sedang membolongi setumpuk tahu.

Aku kembali mengayunkan Sabitku dari jarak jauh kearah tubuh makhluk itu sembari terus menghindari serangan jarak jauh ataupun benturan tubuh dari makhluk itu.

Sebelum aku menyadarinya, banyak batuan telah dihancurkan oleh makhluk itu dan mulai membuatku kesulitan untuk mengambil pijakan.

"Sial!" Terdorong hingga hampir jatuh ke lautan lahar, aku melemparkan jaring laba-laba ku ke langit-langit untuk beristirahat sebentar disana.

Melihat itu, makhluk itu meraung sekali lagi kearahku sebelum memasukkan tubuhnya kembali ke dalam lahar.

Aku tahu apa yang dia rencanakan. Makhluk itu berniat untuk melompat kearahku dari kedalaman lautan lahar. Aku dapat melihatnya samar-samar bayangan itu akan terjadi 1-3 detik ke depan.

[Remaked On Another Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang