Dalam kurun waktu kurang dari satu detik, aku mengikuti naluriku dan berubah kembali ke dalam bentuk manusia ku. Melompat ke depan. Berguling ke bawah tubuh besar Naga itu.
Sesaat setelah itu, suara membara dari api yang membumi hanguskan segala yang ada di hadapannya pun tertangkap oleh telingaku. Panas yang dihasilkan bahkan mencapai punggungku.
"...!"
Aku tidak memiliki waktu luang untuk bahkan merasa lega atau dengan takjub menyaksikan kekuatan penghancur yang luar biasa itu. Memusatkan perhatian ku kesekitar, aku kembali berguling menjauh dari tubuh Naga setelah aku mendapatkan penglihatan dimana Naga itu menjatuhkan tubuhnya diatas ku.
"Haaah...!"
Setelah berhasil menjaga jarak cukup jauh dari Naga, aku menunjang tubuhku ke atas. Menggantung tubuhku di langit-langit dengan utasku sebagai pegangan.
Aku menarik Sabit dari pinggangku sembari terus menjaga kedua pasang mataku pada Naga yang saat ini sedang menatap tajam kearahku. Menggeram seolah kesal akan mangsanya yang lolos yang tidak lain dan tidak bukan adalah aku.
"Gggrrrrr..."
Sementara aku masih tetap menjaga pandanganku pada Naga, aku menghela napas sebentar. Menenangkan jantungku yang berdetak kencang yang lagi-lagi, tentunya bukan karena aku sedang jatuh cinta.
Sejak aku mendapatkan ingatanku kembali, aku sudah bertarung dengan cukup banyak musuh banyak. Diantaranya, aku bahkan sempat terancam terbunuh sebanyak beberapa kali.
Aku sudah cukup berpengalaman, jika aku mengatakan nya sendiri.
Dari semua pertarungan ku saat ini, aku menyadari bahwa satu hal yang paling penting untuk dilakukan di awal adalah pengamatan. Melihat dan menganalisa gerakan dan kekuatan musuh, sederhananya. Ini penting khususnya disaat berhadapan dengan musuh baru untuk pertama kalinya kecuali dalam kasus dimana kau sudah memiliki informasi tentang musuh yang di maksud sebelum pertarungan dimulai.
Karena itu, aku harus tenang.
"_______________!!!"
Naga itu meraung kearahku sementara aku sedang mengatur napas ku dan menjaga pandanganku untuk tetap pada nya.
Naga itu mendorong kaki nya ke tanah. Mengeluarkan sebuah raungan sekali lagi sementara api keunguan masih membara di sekelilingnya.
Aku tidak tahu apakah itu karena Sihir atau karena Skill, tetapi aku segera mendapatkan penglihatan setelah itu. Penglihatan dimana tubuhku tertusuk oleh ribuan tombak tanah yang tumbuh dari tanah yang berada di dekat Naga.
Beberapa detik sebelum itu terjadi, aku segera berayun ke tempat lain dan menghindari nya.
Sekitar lebih dari 5 kali, Naga itu terus melancarkan serangan yang sama kearahku tanpa jeda sedikitpun yang tentu akan sulit untuk dihindari bahkan bagiku jika aku tidak memiliki kemampuan untuk melihat beberapa detik ke masa depan.
"Naga itu tidak menyerang dengan serangan jenis tanah yang lain. Jadi, Skill, ya..."
Sementara aku terus berayun seraya memikirkan hal itu, aku melompat ke bawah. Membuat bola api yang cukup besar dan segera menembakkan nya kearah Tombak-Tombak tanah yang mulai beranjak kearahku.
Bola api ku meledak. Menerbangkan kerikil dan bongkahan tanah keras kesana-kemari sementara awan debu mulai menyelimuti sekitar.
"Baiklah, kali ini, mari coba serangan fisik!"
Aku menarik keluar Sabitku. Memutar-mutar nya di tangan kananku sementara aku mendorong tubuhku untuk mendekati Naga menggunakan celah yang baru saja tercipta dari ledakan bola api.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Remaked On Another Book]
Fantasy[Sedang diRemake. Check Bio.] Seorang pria lajang menemukan dirinya terbunuh oleh junior nya di dalam rumah nya sendiri seusai bekerja. "J-jangan salahkan aku, ya kak~? Ini semua salah kakak~ Ya~ salah kakak~!" Namun, ketika dia berpikir dia sudah...