Chapter 40. Naga(2)

97 14 3
                                    

Fun fact

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fun fact

Di awal penulisan ide untuk arc ini, aku sebenarnya membuat <Flarrea> bukan sebagai seorang peri kecil yang baik dan dengan kekuatan misterius.

Pada ide awal, Flarrea ku tulis sebagai ganti <Blaze born worm> dan adalah monster mengerikan versi lantai 4.

Namun, setelah mempertimbangkan nya lagi sebanyak beberapa kali dengan prospek masa depan nantinya, aku putuskan kalau Flarrea lebih baik menjadi seperti sekarang.

-
-
.. Selamat membaca..

~♣️♣️♣️~

"Akh!!" Terdorong arus air, aku menabrak sesuatu yang keras pada punggungku.

Ketika aku berbalik untuk melihat apa itu, aku segera di sambut oleh sebuah dinding batu yang menjulang tinggi hingga hampir mencapai langit-langit.

"Sial! Aku melupakan benda ini!" Setelah memilah ingatan-ingatan ku sebelum kehilangan kesadaran, aku ingat bahwa sepertinya Naga itu benar-benar pernah menciptakan dinding ini untuk mencegah ku kabur.

Tidak memiliki tempat lain untuk pergi, air terjebak di tempat itu dan mulai terus bertambah seiring waktu terus berjalan. Dalam sekejap, kedalaman air telah menjadi lebih dari 5 meter.

Sial, jika terus begini, aku hanya akan tenggelam sebelum aku berhasil memulihkan kembali bagian tubuhku yang hilang!

Aku tahu bahwa situasi ku saat ini benar-benar sangat buruk. Selain masalah risiko tenggelam, aku juga terancam akan diserang oleh Naga itu lagi jika aku terus berlama-lama di sini.

Berbalik untuk melihat keadaan Naga itu lagi, aku menemukan bahwa monster itu saat ini sepertinya masih juga terdorong hingga dinding seperti ku. Naga itu mengamuk dengan sangat keras sambil terus memuntahkan api dari mulutnya kesekitar yang sebenarnya cukup mampu untuk menguapkan banyak air dan mengganggu proses terbentuknya topan-topan baru di sekitarnya.

"Aku harus segera kabur-" Menyadari bahaya yang mendekat kepada ku, aku merogoh daerah sekitar pinggang ku untuk mengambil Sabit ku dan menghancurkan dinding. Namun, aku segera menyadari bahwa Sabit itu telah hilang dari tempat nya seharusnya berada.

Jika memikirkan nya kembali, aku juga bahkan kehilangan Cincin penyimpanan yang ku ambil dari mayat Pria tua itu, bukan?! Ugh, terlalu banyak hal yang hilang, sial!

Keinginan untuk meringkuk dan menangis memenuhi dadaku, tetapi meski begitu, aku sadar bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan hal semacam itu.

"Hhhaahh!!" Tanpa perlu berlama-lama, aku mulai memukul-mukul dinding batu menggunakan tangan kiriku.

Rasanya tentu sakit walaupun aku tidak mengalami luka yang berarti sekalipun berkat status pertahanan ku yang cukup tinggi. Retakan terus terbentuk di sekitar daerah yang aku pukul. Namun, dengan volume air yang terus bertambah dan kekacauan akibat badai topan dan sebagainya, aku tidak bisa terus memukul di satu tempat karena aku hanya akan tenggelam jika itu yang terjadi. Mengumpulkan momentum yang cukup pun bahkan sulit di tempat penuh air seperti ini.

[Remaked On Another Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang