04 Heartbreak Girl

413 17 1
                                    

Malamnya ketika Arden melewati kamar Aya, pintunya sedikit terbuka. Arden menjulurkan kepala dan menemukan Aya yang sedang menyalin catatan.

"Kakak ngapain ke sini?" Aya menggeser diri, memberikan ruang bagi Arden untuk berdiri di sebelahnya.

"Mau ngeliat adek gue."

Arden menarik kursi lain ke sisi Aya.

"Kakak enggak belajar?"

"Kebetulan enggak ada tugas."

Aya mengangguk, tapi jelas Arden tahu kalau menurut Aya belajar pasti bukan hanya ketika ada tugas saja.

"Ada PR atau apa?"

"Cuma baca-baca aja. Ini sama nulis catatan gitu biar lebih gampang direview kalau ujian."

"Lo sering juara, ya?"

"Enggak."

"Serius?"

"Memangnya aku kelihatan sepintar itu?"

"Enggak juga, tapi lo kelihatan kutu buku abis."

"Kutu buku harus pinter, gitu?"

"Enggak juga, sih."

Novel yang Arden berikan tergeletak di samping komputer. Ada bagian yang dilipat yang menandakan bukunya telah dibaca.

"Lo suka bukunya?"

Aya sejenak memperhatikan buku bersampul biru itu.

"Suka. Karakter cowoknya manis banget."

"Ganteng?"

"Jelek, tapi baik. Cinta banget sama ceweknya."

"Ceweknya pasti cantik."

"Ceweknya buta gara-gara ditabrak sama cowoknya."

"Kalau gitu cowoknya cuma kasihan, bukan cinta."

"No. Cowoknya cinta banget sama ceweknya. Mungkin Kakak harus baca sendiri biar tahu gimana pengorbanan tokoh cowoknya."

"Gue enggak suka novel aneh begitu."

"Ada enggak cowok kayak Egie, ya?" Aya malah melantur.

Egie itu karakter utamanya. Arden sudah hafal, karena Yuda merecoki telinganya bahkan sebelum novelnya dicetak.

Singkat saja. Yang Arden ingat Egie memang menabrak Serena sehingga perempuan itu kehilangan pengelihatannya. Tiga tahun setelahnya Egie menikahi Serena. Perempuan yang tidak punya potensi hidup apapun. Dia putus sekolah dan yatim piatu. Egie pun tidak jauh berbeda. Tidak punya potensi apapun, kecuali suaranya yang bagus.

Setelah menikah Egie berusaha memberikan apapun untuk Serena. Ia manggung dari satu bar ke bar yang lain. Egie juga harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah, karena Serena tidak pernah mau menjalani peran isteri untuknya. Tetap saja Egie menghadiahinya bunga-bunga dan perhiasan yang indah.

"Cerita bodoh," gumam Arden tanpa sadar. Kok bisa Yuda kepikiran untuk nulis cerita itu?

"Ah, lo pasti belum tahu. Egie nanti bakalan mati."

"KAK!"

Arden terperanjat. Aya melototinya seolah siap untuk mencakar atau bahkan mendorong tubuhnya ke dinding.

"Loh, bener. Nanti Si Egie bakalan mati."

"Memangnya Kakak udah pernah baca?"

"Udah dispoiler sama penulisnya."

"Bohong!"

"Ayo taruhan."

"Egie enggak mungkin mati."

RED | Step Sister Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang