"Si Joye emang dasar banci! Beraninya sama cewek doang!" Dave menyemburkan hinaan selagi Arden menikmati mie ayam yang Aya suapkan padanya. Sejujurnya Arden juga tidak suka mie ayam, apalagi mie ayam gerobakan begini. Arden dapat melihat debu-debu dari seberang jalan dan kuah mie yang bahkan terlalu kotor menurutnya. Namun Arden tidak mau melewatkan kesempatan untuk merasakan sendok yang sama dengan Aya. Itu akan menjadi langkah yang bagus baginya untuk lebih dekat dengan Aya.
"Hajar, Den!" suruh Dave.
"Gue enggak ketemu sama Joye tadi."
"Paling tawuran," sela Mira. Dia pun sama seperti Arden. Tampak geli menikmati pop ice di tangannya. Tentu saja Mira menolak untuk makan juga. Takut sakit perut atau rasa mie ayamnya justru aneh.
Pada akhirnya hanya Aya dan Jasmir saja yang bisa makan tanpa perasaan sesal atau semacamnya. Keduanya sama-sama menyeruput kuah dengan nyaman.
"Katanya tadi enggak mau makan mie ayam," sindir Dave.
"Enak." Arden menoleh, menerima suapan dari Aya lagi.
"Mie ayam sebenarnya enak, tapi kenapa harus di sini?" Mira menatap Aya.
"Mie ayam di sini enak dan dekat."
Aya menatap ke seberang jalan. Di sanalah SMA Tanujaya berdiri gagah. Ketika kelas baru selesai, Arden mendapat perhatian anak-anak Tanjuaya yang lewat. Sejujurnya Arden malu, tapi dia tidak bisa sok jaim di depan Aya.
"Lo suka mie ayam?"
"Sesekali." Aya menjawab pertanyaan Jasmir.
"Ada mie ayam yang enak dekat SMA Tribuana. Asli, enak banget."
"Semua juga lo bilang enak."
"Gue mah jujur-jujur aja, Bro. Makanan enak, ya enak. Enggak perlu makanan mahal atau dari restoran."
"Gue cuma takut sakit perut." Mira membela diri. "Tapi karena Arden bilang enak, gue mau nyobain, deh."
"Gue juga," tambah Dave.
"Kakak beneran suka?"
"Iya."
"Jangan dipaksain. Nanti sakit perut."
"Kalau sakit nanti Tuan Putri yang merawat."
Aya mengabaikan ucapannya. Setelahnya mereka berpisah. Arden harus mengantar Aya pulang dulu, sedangkan Jasmir dan Dave langsung ke cafe.
▪️🎧•🎀•♟️▪️"Ay." Perempuan yang sedang menatap laptop itu sekarang menoleh. Arden tidak perlu memasang ekspresi sakit, karena wajahnya sudah menunjukkan hal tersebut. Ada yang aneh dengan perutnya. Rasanya perih dan tidak nyaman sekali.
"Sakit perut," adu Arden.
"Gara-gara mie ayam tadi siang?"
"Enggak tahu." Arden tidak akan bilang demikian, karena artinya dia menyalahkan Aya. Arden lebih suka ketika Aya merasa bersalah sendiri.
"Mau ke dokter sekarang?"
"Enggak mau." Arden berbaring. Aya menyusul ke sisinya.
"Aku enggak tahu banyak soal obat-obatan. Jadi lebih baik ke dokter."
"Mungkin sebentar lagi bakalan hilang."
"Biar aku ambilin air hangat dulu."
Hanya butuh beberapa menit saja dan Aya telah kembali dengan segelas air hangat. Arden tidak tahu apa khasiatnya, tapi dia meminumnya karena itu dari Aya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED | Step Sister
RomanceArden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan hati perempuan. Sekarang targetnya adalah Gaia atau yang biasa disapa Aya. Adik tirinya sendiri ya...