Dibandingkan Aya, Arden malah yang lebih salting perihal semalam. Ciuman singkat dan tidak jelas di rambut Aya membuat Arden menyapu mulutnya. Canggung dan aneh berada di sebelah Aya yang tampak tenang-tenang saja mengolesi selai stroberi pada rotinya.
"Arden, kamu tidak sarapan?" tegur Herdi.
Arden menarik toples selai ke dekatnya.
"Mau nyoba yang stroberi?" tawar Aya.
"Boleh." Arden meraihnya tanpa mau menatap wajah Aya. Sialan! Bisa-bisanya Aya malah setenang ini. Apakah ciumannya semalam terlalu biasa? Mungkinkah Reo jauh lebih pandai melakukannya?
"Tuan Puteri hari ini mau berangkat sama Papa atau Arden?"
"Sama sopir aja, Pa. Seperti semalam." Aya tampak tidak nyaman berada di bawah perhatian Herdi. Arden sendiri merasa aneh. Bisa-bisanya Papanya seperhatian itu pada anak tirinya.
Dulu Hardi sempat ingin memiliki anak perempuan, tetapi Ibunya tidak mau memiliki anak lagi. Pertikaian itu lantas dibumbui dengan kasus perselingkuhan ibunya yang bahkan sampai sekarang tidak pernah bisa Herdi percayai.
Kalaupun benar Herdi seantusias itu merawat Aya, karena menginginkan anak perempuan, harusnya Herdi tetap ingat bahwa Aya hanya anak tirinya. Memikirkan bahwa posisinya sebagai anak tunggal dapat tergeser telah membuat Arden cemberut.
"Arden senior di SMA Tanujaya. Secara tidak langsung kalau mereka tahu Tuan Puteri Papa adiknya, mereka pasti berpikir dua kali untuk menganggu."
"Aya tipikal anak yang tidak enakan sama orang lain, Mas."
Arden otomatis menatap Aya. Begitukah?
"Mungkin Papa belikan mobil saja, ya. Nanti Tuan Puteri bawa sendiri ke sekolah."
"Tidak perlu, Pa." Aya tersenyum tipis. Tampak keberatan dengan perhatian Herdi. Kemunafikannya menjengkelkan bagi Arden. Mana ada perempuan yang tidak suka barang-barang mahal. Aya ini pasti sedang berada dalam fase membangun imagenya sebagai anak tidak banyak menuntut dan tidak enakan seperti kata Melisa.
"Udah sama gue aja." Arden lebih baik membawa Aya bersama di mobilnya daripada membiarkan cewek itu mendapatkan mobil baru. Nanti apa kata Jasmir. Jangan-jangan dia dianggap sebagai anak yang dicampakkan nanti.
"Nanti cewek Arden marah, loh," goda Melisa.
"Tuan Puteri Papa, kan, cantik." Herdi menambahkan sehingga Aya tersenyum lagi.
"Justru itu! Karena Tuan Puteri kita cantik, makanya aku mau selalu membawanya bersama. Ayo berangkat, Cantik." Arden berdiri. Puas melihat Herdi dan Melisa yang saling bertukar pandang untuk mempertanyakan makna ucapannya barusan.
Mereka pasti ingin Arden dan Aya akrab. Arden akan mengabulkannya, bahkan sampai membuat Aya menjadi pacarnya. Melanggar aturan normal dalam sebuah keluarga sehingga nantinya itu pecah seperti yang Arden harapkan. Tidak boleh ada yang menggantikan tempat ibunya.
▪️🎧•♟️•🎀▪️
Di perjalanan Aya membaca buku selagi Arden mendengarkan lagu 2011 dari 5 Second Of Summer. Tadinya Arden berharap suaranya mampu menarik perhatian Aya, tetapi malah perhatian Arden yang tertarik menuju Aya.
Perempuan itu membalikkan lembar buku yang dibacanya. Tidak terganggu dan tampak cantik. Matanya di balik kacamata itu mengendap lama pada novel Yuda selagi bibir merah mudanya yang sehat tetap mengatup rapat. Ini kalau Yuda tahu, Arden yakin pasti cowok itu akan bangga setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED | Step Sister
RomansArden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan hati perempuan. Sekarang targetnya adalah Gaia atau yang biasa disapa Aya. Adik tirinya sendiri ya...