Di malam yang hangat keduanya memutuskan untuk makan di luar. Arden memang terbiasa makan di restoran atau cafe dibandingkan rumah. Sementara Aya mengikuti Arden sebab laki-laki itu tidak meminta koki memasak apapun untuk mereka. Ya, kedua orangtua mereka masih berbulan madu. Segala urusan rumah dibebankan kepada Arden, termasuk untuk menjaga Aya.
"Mau makan apa?" Sudah satu kilometer dari rumah dan Aya masih membaca novel Yuda. Arden jadi penasaran bagaimana kira-kira reaksi Aya mengetahui tokoh utamanya mati. Jangan-jangan nangis bombay.
"Kakak mau makan apa?"
"Gue pengen makan spaghetti. Udah lama enggak makan."
"Aku temenin Kakak makan spaghetti, terus pulangnya beli ayam bakar."
"Kalau pengen makan ayam bakar kita ke restoran aja."
"Di depan SMA kita ada warung ayam bakar yang enak."
"Yang mana?" Arden tidak ingat ada warung ayam bakar di depan sekolah mereka. Yang Arden ingat cuma Indomaret dan cafe yang kerap dipenuhi siswa yang mengerjakan tugas.
"Di sebelah fotokopi."
"Warung jelek itu?" Arden pernah berhenti di depannya dan langsung mual melihat keadaannya. Mejanya hanya dilapisi plastik semacam karpet. Berminyak dan mengelupas. Pemiliknya pun wanita tua yang Arden ragukan mengenal namanya standar kebersihan usaha. Jasmir yang serba makan segalanya bilang kalau ayam bakar di sana memang enak, tapi Arden malah ragu ada kekuatan mistis yang bermain di sana. Mungkin saja pakai penglaris.
"Enggak sejelek itu juga tempatnya. Cuma kurang cantik aja."
"Pemiliknya mungkin pakai penglaris."
"Di sana ramai, karena makanannya enak."
"Masih ada banyak tempat makan yang bersih. Gue jamin lebih nyaman makannya."
"Tempatnya bersih, kok."
"Mejanya jelek. Lantainya juga kusam."
"Itu sih karena udah lama, bukan enggak bersih."
"Seharusnya diganti yang baru biar pembeli nyaman."
"Kakak makan spaghetti, aku beli ayam bakar," final Aya. Ditutupnya novel tersebut.
"Oke, ayam bakar aja."
▪️🎧•♟️•🎀▪️
Bau ayam bakar menyeruak ke penciuman Arden bahkan sebelum mereka masuk ke dalam warung. Pemiliknya memiliki kerutan-kerutan di wajah yang mengingatkan Arden akan nenek sihir. Maka tanpa sengaja ia membiarkan dirinya di belakang Aya. Ogah berinteraksi dengan wanita tua tersebut."Bu, ayam bakarnya satu. Es jeruknya dua."
"Masnya enggak dipesenin, Neng?"
"Lagi diet, Bu."
Arden cemberut, karena wanita itu menatapnya sambil tertawa.
Aya memilih tempat duduk. Ketika Arden menyadari bahwa kipas angin di ruangan tersebut cuma ada tiga dan jelas tidak mengenai mereka, ia pun semakin cemberut.
"Panas begini mana bisa makan dengan nyaman."
"Nanti juga terbiasa."
Arden tidak berminat untuk membuat dirinya terbiasa di warung sempit dan sumpek tersebut. Ia hanya tetap di sana untuk membuat Aya percaya bahwa ia peduli padanya.
Lima belas menit kemudian makanan Aya diantar. Arden memperhatikan ayam bakar yang kegosongan tersebut. Tidak sepenuhnya, tapi ayam tersebut memiliki bercak-bercak gosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
RED | Step Sister
RomanceArden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan hati perempuan. Sekarang targetnya adalah Gaia atau yang biasa disapa Aya. Adik tirinya sendiri ya...