setelah selesai makan malam dan juga mengobrol banyak hal bersama papi dan mami chika, ara memutuskan untuk pamit pulang karena malam sudah mulai larut.
dia masih tak berbicara apapun dengan chika sejak tadi, setelah selesai pamit pada orang tua chika, ara di antar keluar oleh gadis itu.
chika berjalan di samping ara, mereka sampai di samping mobil ara dan chika masih diam saja menunduk tak berani menatap mata ara.
"aku pulang ya" pamitnya pada chika
"kamu masuk aja gih, jangan kelamaan diluar, dingin"
saat itulah air mata yg sedari tadi chika tahan langsung pecah, dia menangis dan langsung memeluk tubuh ara dengan erat.
ara hanya bisa menghela nafasnya pelan, ini berat baginya.
dia terus menerus dibuat bingung dengan sikap chika yg seolah menginginkannya tapi di satu sisi chika juga tak terbuka padanya."a-ara maaf" lirih chika disela isak tangisnya
tangisan chika makin membuat hati ara sakit, dia tak melakukan apapun tapi dia merasa bersalah karena membuat gadisnya menangis, ara tidak menyalahkan chika karena dia tak mau terbuka padanya, ara mencoba memposisikan dirinya sebagai chika, ara yakin gadis ini punya alasan kenapa dia menyembunyikan hal ini dari ara.
"hiks jangan tinggalin aku ra"
"ak aku bisa jelasin, aku minta maaf"
ara masih diam, dia bahkan tak membalas pelukan chika, bagaimanapun ini tetap menyakitkan baginya, dia dipaksa harus merelakan orang yg dia cintai.
"jangan pergi ra, aku sayang banget sama kamu"
"maafin aku, udah ga jujur sama kamu"
chika berbicara sambil terus terisak, dia sangat takut ara meninggalkannya sekarang, ini semua bukan keinginannya, dia juga tak ingin ada di posisi ini.
ara akhirnya membalas pelukan chika, seperti biasa dia mengusap rambut dan punggung chika untuk menenangkannya,
bahu chika masih bergetar karena menangis.ara mengecup kepala chika beberapa kali, sebelum akhirnya dia mendorong pelan bahu chika dan mangusap air mata di pipinya.
"ssstt udah, jangan nangis lagi ya" pintanya sambil tersenyum paksa
ara menyingkirkan rambut chika yg menutupi wajahnya, dia kemudian memegang kedua bahu chika dan tersenyum padanya.
"gapapa, aku ngerti kok" ucapnya pada chika
"aku ga marah, cuma kecewa aja dikit, segini" lanjutnya sambil menunjukan gerakan jarinya
"m-maafin .."
"udah diem, aku bakal dengerin penjelasan kamu, tapi ga sekarang" potong ara cepat karena dia tak ingin mendengar chika terus meminta maaf padanya
"sekarang kamu masuk ke dalam, kita ketemu lagi besok"
chika menggeleng, dia memegang tangan ara erat.
"jangan pergi" pintanya menatap ara sendu
"ngga, aku cuma pulang aja kerumah ga kemana mana kok" jawab ara
"kita lanjut bahas ini besok ya? sekarang udah malem"
"dingin, kamu masuk gih"
"aku takut kamu marah, aku takut kamu ninggalin aku setelah tau ini" ucap chika menunduk sambil masih memegang tangan ara
ara tersenyum, dia mengusap kepala chika dan memegang pipinya.
"masuk gih, aku pulang dulu" pamitnya