"Om, goreng pisang."
Dayita duduk di samping Aron, lalu mengangsurkan sepiring pisang goreng.
"Goreng pisang apa pisang goreng, ya, Om?" tanya gadis itu sambil memiringkan kepala.
Aron tertawa saja. Ia ambil satu pisang goreng, lalu dimakan. Tak lupa mengucap terima kasih.
"Enak," komentar pria itu setelah memakannya. "Kamu yang masak?"
"Ya bukanlah!"
Bukan Dayita, tetapi Victoria yang menyahut. Wanita itu duduk di kiri suaminya, mengambil satu pisang goreng dari piring yang Dayi pegang.
"Aku bantuin, Tante. Bantuin goreng." Bibirnya melengkung saat Aron terkekeh lagi.
Mengunyah pisang goreng tadi, Victoria melempar tatapan penuh selidik pada Dayita. "Kenapa wajahmu tidak mirip Ibumu, ya?"
Ujung bibir Dayita langsung turun. Ia menunduk sedih. Ia juga tahu hal itu. Karenanya mulai maklum kenapa sang Ibu selalu menuduhnya jelek. Tidak sama dengan Tamara.
"Dayita," panggil Victoria. "Menurutmu, dari ketiga anaknya Aron, mana yang paling baik?"
Dayita melirik tanpa menegakkan kepala. "Anaknya Om Aron bukannya anak Tante juga?"
"Jawab saja. Anak Aron yang mana yang menurutmu paling baik."
"Semuanya baik," sahut Dayita cepat. "Janu itu walau nyebelin, tukang atur, tapi dia perhatian dan peduli sama orang sekitar. Mas Jaris itu yang paling manis. Mukanya memang agak nyeremin, tapi dia lembut sama cewek."
Victoria mengusap tangan usai pisang gorengnya habis. "Kalau Jagad?"
Dayita melipat bibir. "Kalau Mas Jagad ...."
"Yang paling kamu suka?" tebak Victoria.
"Mas Jagad yang paling nakutin."
Victoria dan Aron serempak menaikkan alis. Sorot mata mereka menunjukkan rasa penasaran.
"Mas Jagad memang murah senyum. Tapi, kadang aku lihat matanya enggak ikut senyum. Malah, kelihatan dingin dan tenang. Enggak bisa dibaca artinya apa, bikin bingung dan waspada."
Dayita tidak mengarang. Ia memang merasa begitu. Kali pertama bertemu Jagad, alasan kenapa ia mau beritahu nama adalah karena takut dengan tatapan dingin pria itu.
Alasan kenapa ia lebih patuh pada Jagad daripada Janu juga karena itu. Kalau Janu, walau kadang berkata kasar, tetapi pria itu akan berhenti mengejek kalau Dayita sudah menuduhnya jahat. Kerap menunjukkan wajah sok seram, aslinya Janu itu penuh belas kasih.
Lain dengan Jagad. Pria itu seolah menyimpan banyak hal di balik senyumnya yang mudah dilihat. Karenanya, Dayi selalu berusaha tidak membuat lelaki itu kesal apalagi marah dengan menjadi gadis yang patuh.
Jaris sendiri adalah pria manis yang perhatian. Benar-benar mirip seperti Regan di mata Dayi. Tidak banyak bicara, selalu berusaha menjaga dan penuh kasih sayang.
Jadi, kalau Victoria bertanya siapa di antara ketiga pria itu yang paling baik, Dayita tentu akan menjawab ketiganya.
"Terus, kalau disuruh milih mau nikah dengan siapa, kamu pilih mana?"
Pertanyaan Victoria membuat Dayita memajukan bibir. "Kenapa, sih, tanya itu terus, Tante?"
Victoria mendesah berat. "Kamu tahu kan ketiga anaknya Aron itu sudah tua? Kapan lagi aku punya menantu? Tunggu mati?"
"Hush!" tegur Aron. "Kamu jangan bicara begitu." Aron memeluk istrinya dari samping. "Aku tak suka kamu bicara begitu."
Victoria memutar bola mata. "Halah! Banyak bicara kamu. Bukannya beberapa hari ini kamu senang ada perempuan muda yang menemani? Kamu masih ingat punya istri? Kemarin lari pagi mengajak siapa? Si mata coklat ini, 'kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Dayita
RomanceKabur dari rumah, Dayita menumpang, lalu merecoki hidup tiga bersaudara. Janu, Jagad dan Jaris dianggap Dayita sebagai malaikat yang dikirim untuk sedikit mengobati hati. Tiga pria itu menolongnya tanpa pamrih. Namun, tak Dayita duga ia akan menget...