Bab 36

159 27 4
                                    

Bohong kalau Dayita berkata alasan kenapa ia pergi tiga tahun lalu adalah hanya karena ancaman Jagad. Itu memang yang pertama. Namun, gadis itu punya alasan lainnya.

Dayita masih ingat percakapannya dengan Alika tiga tahun lalu. Saat kekasihnya Jagad itu mengakui pengkhianatan yang sudah dilakukan, kemudian berjanji untuk tak lagi mengulangi, lalu tuduhan yang Alika berikan.

Kalau Dayita mengadu pada Jagad, sama saja ia sengaja memisahkan pasangan kekasih itu demi mencipta celah agar ia bisa merebut Jagad.

Bohong jika Dayita mengaku pikiran seperti itu tak pernah singgah. Ide itu pernah terbersit, sangking ia begitu tak tega melihat Jagad ditipu. Dayita bahkan pernah merasa kalau dirinya bisa mencintai Jagad lebih baik dari Alika, bahkan dari siapa pun.

Namun, apa itu benar?

Tidak.

Bagaimana juga Alika yang lebih dulu bersama Jagad. Jagad dan Alika sudah menjadi pasangan kekasih saat Dayita datang. Meski cinta yang ia punya mungkin jauh lebih besar dari Alika, tetap saja membeberkan kebohongan itu akan membuatnya jahat, sengaja merusak hubungan orang lain.

Lucu memang karena Dayita menganggap cintanya membuat niat melepaskan Jagad dari tipu muslihat Alika jadi sebuah kejahatan. Maka itu, Dayita memilih mundur.

Dayita memilih tidak ikut campur. Berharap Alika bersungguh-sungguh soal janji akan setia, lalu memutuskan untuk pergi menjauh. Sebab jika dia tetap ada di sekitar Jagad, maka akan sulit mengendalikan diri.

Seperti sekarang. Harusnya bisa menikmati makan enak yang Victoria buatkan, Dayita malah dilanda gundah hingga akhirnya hanya bisa mengaduk-aduk nasi di piring. Perempuan itu terus menunduk, agar tak melihat Alika yang duduk di sebelah Jagad, sejak tadi berusaha menampilkan kemesraan yang Dayita tak paham tujuannya apa.

Alika terus memeluk lengan Jagad. Seolah pria itu akan melarikan diri. Gadis itu juga memaksa menyuapi si lelaki, meski selalu ditolak. Kalau bukan menghormati Victoria dan Aron yang sengaja mengaturkan acara makan malam bersama untuk menyambut kepulanganya, Dayita mungkin sudah angkat kaki dari tadi.

"Dayi, makanannya gak enak?" Jaris yang duduk di sebelah Dayita menggeser kursi mendekat. "Aku suapin mau?"

Dayita melirik dengan senyum. Ia menggeleng. "Aku bisa makan sendiri. Enak, kok."

"Wajahmu itu tidak pernah cocok untuk dipakai menipu, Dayita. Jangan paksakan," ejek Janu dari kursinya. Pria itu mendapat lirikan kesal dari Nataya, lalu menaikkan alis keheranan.

Dayita hanya melirik malas pada Janu. Ia menyuapkan nasi ke mulut. Mengunyah pelan, sambil kembali mengumpulkan selera makan. Abaikan saja perempuan sok manis di seberang meja.

"Tiga tahun di sana, sudah ketemu bule?" Victoria bertanya dengan rasa penasaran.

Dayita mengangguk. "Temannya Regan bule semua, Tante. Mau aku kenalkan?"

Gadis itu mengulum senyum ketika Aron langsung melempar lirikan tajam. Pria itu menggeleng penuh peringatan.

"Kamu sudah punya pacar?"

Kepala Dayita menggeleng lagi. Tangan dan mulutnya sibuk menikmati makanan karena suasana hati mulai bisa dikendalikan.

"Gak ada yang seganteng Mas Jagad, ya, di sana?"

Tangan Dayita berhenti bergerak. Mulutnya berhenti mengunyah. Masih menatapi piring, gadis itu mengerjap sendu.

"Iya," kata Jaris menyimpulkan.

"Aku dan Mas Jagad rencana akan menikah akhir tahun ini." Tak ditanya, Alika tiba-tiba saja berkata begitu. Perempuan itu menatap lurus pada Dayita. "Kamu bisa datang, 'kan, Dayita?"

Beautiful Dayita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang