Dalam sekejap Dayita merasa asing dengan hidupnya. Mendadak, ia tak punya Ibu lagi. Dirinya yatim-piatu, hanya punya Regan. Tiba-tiba saja Dayita merasa dunia ini tidak adil.
Tidak adil yang pertama, ternyata dialah penyebab ibu kandungnya meninggal. Regan bilang, Ibu mereka, Arlita namanya, meninggal akibat pendarahan sehabis melahirkan Dayita.
Kalau bisa memilih, kalau tak terdengar seperti orang tidak tahu bersyukur, Dayita ingin bertanya. Kenapa dia harus lahir? Kenapa ia harus ada, hingga membuat Regan kehilangan sosok Ibu?
Tidak adil kedua, mengapa Rosa begitu tega padanya? Dayita berusaha memahami sudut pandang wanita itu, tetapi bukankah menyiksa dirinya juga tak akan mengubah apa-apa? Bapak tak akan tiba-tiba mencintai Rosa. Wajah Dayita yang katanya sangat dibenci wanita itu juga tidak akan hilang tiba-tiba.
Lalu, kenapa Dayita diperlakukan sangat jahat selama ini? Bolehkah Dayita marah sekarang? Bolehkah Dayita menuntut rasa bersalah dari Rosa yang sudah menyiksa seseorang yang bukan anaknya?
Tidak adil ketiga, yang ikut membuat kepala gadis itu sakit adalah yang sekarang dilihat di depan mata. Alika yang merajuk dan menyalahkan Jagad atas insiden kemarin.
Regan sedang pergi, katanya mengurus beberapa hal, sudah Dayita pastikan lelaki itu tak pergi untuk membuat aduan ke pihak berwajib. Di rumah ada Victoria, Aron dan Jagad.
Dua orang tua mereka sedang ada di halaman belakang. Sementara di ruang tamu ini, ada Jagad dan Alika yang sedang bersiteru. Tidak-tidak. Di sini, Jagad tengah berusaha membujuk kekasihnya yang marah.
Yang mana itu terlihat sangat tidak adil di mata Dayita.
Dayi memang belum mengatakan apa-apa soal Alika pada Jagad. Namun, bukan berarti ia bisa biasa saja melihat bagaimana Jagad mati-matian membujuk Alika yang katanya marah.
Alika marah karena Jagad hampir melenyapkan seseorang. Pun, karena lelaki itu memanggil Dayita dengan sebutan Sayang, lalu menuduh Jagad ada hati untuk berselingkuh.
Maling teriak maling.
Jagad sudah meminta maaf. Pria itu bahkan membuatkan nasi goreng yang enak untuk Alika. Namun, lihatlah Alika.
Perempuan itu bersedekap, memunggungi Jagad yang terlihat putus asa dan tak henti menyuarakan rayuan. Gerah hati Dayita melihatnya. Ingin sekali ia menarik Masnya itu, lalu menendang Alika.
"Aku panggil Dayi begitu karena udah anggap dia adik sendiri. Tanya orangnya langsung. Iya, 'kan, Dayi?"
Jagad menoleh padanya, Dayita merapatkan bibir. Ia ingin sekali menggeleng, memperkeruh situasi. Namun, setengah hatinya berkata tak baik melakukan itu. Jagad bisa tambah susah.
"Iya, Mbak Alika," ucap gadis itu pada akhirnya. "Mas Jaris juga sering panggil aku Sayang." Dayita berpura tersenyum, lalu menahan mual karena jijik pada dirinya yang menipu.
Tatapan marah Alika tampak melembut. Perempuan itu menoleh pada Jagad, kemudian berkata, "Aku haus. Kayaknya minum yang manis-manis dan dingin enak."
Jagad langsung melepas senyum. Alih-alih meminta salah satu asisten rumah tangga menyiapkan minuman yang kekasihnya minta, pria itu sendiri yang turun ke dapur dan membuatnya.
Dayita yang melihat itu langsung menautkan alis tak senang. Ditatapinya Alika dengan tajam. Dayita tak rela, sampai mati tak ikhlas Masnya diperlakukan begini.
"Mbak Alika," panggil Dayi dengan suara bernada tenang. Namun, tatapannya jelas menunjukkan nyala permusuhan.
Alika menoleh. "Ya?"
Membasahi bibir, melipat lengan di depan dada, Dayita bertanya, "Mbak selingkuh dari Mas Jagad?"
Dayita sempat terkejut dengan pertanyaan yang ia suarakan. Namun, gadis itu sadar mundur bukan pilihan. Mau dicap usil, suka ikut campur urusan orang, terserahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Dayita
RomantizmKabur dari rumah, Dayita menumpang, lalu merecoki hidup tiga bersaudara. Janu, Jagad dan Jaris dianggap Dayita sebagai malaikat yang dikirim untuk sedikit mengobati hati. Tiga pria itu menolongnya tanpa pamrih. Namun, tak Dayita duga ia akan menget...