Bab 41

183 27 1
                                    

Dayita baru akan masuk ke sebuah butik tempat ia memesan baju, saat melihat Alika keluar dari sana. Dayita sudah akan pergi, tak berniat menyapa calon istri Jagad itu, sampai akhirnya ia melihat seorang lelaki menghampiri Alika.

Mereka berpelukan. Saling melempar senyum. Kemudian masuk ke dalam sebuah mobil.

Firasat Dayita tak enak. Perempuan itu tak jadi menjemput baju, melainkan mengikuti Alika. Wajahnya seketika memucat kala melihat kalau Alika dan lelaki tadi masuk ke sebuah kamar hotel. Berdua saja.

Tak tahu harus melakukan apa, sementara isi kepalanya penuh, Dayita menunggu berjam-jam di lobi hotel itu. Menjelang malam, lelaki yang tadi ia lihat bersama Alika keluar.

Pria itu pergi sendirian dengan mobil. Mengandalkan taksi, Dayita mengikuti dan ternyata lelaki itu mendatangi sebuah mini market. Entah keberanian dari mana, Dayita mendapat ide untuk mencari lebih banyak informasi.

Dayita pura-pura menabrak pria itu saat mereka berpapasan di emperan mini market. Dayita melihat isi plastik yang dibawa orang itu jatuh. 

"Masnya beli banyak sekali yupi?"

Lelaki yang memunguti belanjaannya itu mendongak sambil melempar senyum. "Iya, pacar saya lagi pengen."

"Sebanyak itu?" korek Dayita hati-hati.

"Sepertinya bawaan bayi." Habis berkata begitu, si lelaki terdiam. Ia menengok pada Dayita dengan ekspresi berbeda. Kali ini senyumnya tampak canggung.

"Oh, pacarnya Mas lagi ngidam?" tebak Dayita. Salah satu tangannya sudah meremas baju karena geram.

Lelaki itu mengangguk. "Iya. Kemauan Ibu hamil ternyata kadang diluar akal. Malam-malam begini, malah pengen yupi."

Orang itu selesai memunguti belanjaannya. "Mari, Mbak," pamitnya kemudian pergi.

Malam itu pikiran Dayita kalut sekali. Ia gemetaran, ketakutan menguasai setiap bagian di jiwanya. Tak ia duga Alika akan menipu Jagad sampai sejauh ini.

Terlalu kalut, Dayita meminta Jaris menjemput. Berniat pulang dan menemukan apa yang perlu dilakukan, Dayita malah hanya bisa menangis sepanjang malam. Ia berdiam diri di kamar selama dua hari, kemudian ide ini datang.

Dulu, tiga tahun lalu, Dayita pergi karena tak mau dicap pelakor. Ia percaya kalau Alika sungguh hanya salah jalan sesaat dan akan segera kembali menjadi kekasih yang setia. Ia melepas Jagad dengan hati penuh harap, tak ingin pria itu terluka lebih parah. Namun, apa yang terjadi?

Bukannya menyesal, ternyata Alika makin menjadi-jadi. Sampai hamil anak lelaki lain? Lalu, dengan kejinya perempuan itu memanfaatkan Jagad?

Tidak. Kali ini, meski harus disebut perusak hubungan orang. Walau nanti akan melihat Jagad patah hati karena dikhianati sebegitu jahat oleh si pacar yang begitu dipercayai, Dayita harus membongkar segalanya.

"Alika sedang hamil anak laki-laki lain."

Ruangan itu diisi suara kesiap pelan dari orang-orang di sana. Dayita menahan tangis. Perempuan itu menatap Ibunya Alika tak kalah benci.

"Tega sekali Tante membebankan kesalahan anak Tante ke Masku? Masku salah apa? Dia memang nakal, tapi apa yang kalian lakukan enggak bisa dibenarkan."

Ibunya Alika tampak melirik kanan-kiri dengan resah.

"Kamu ini bicara apa, Dayita!" Alika bangkit dari kursi. "Kamu memfitnahku sampai sejauh ini, de--"

"Tutup mulutmu," sela Dayita. "Tiga tahun lalu, aku pergi karena katamu akan berubah. Enggak akan selingkuh lagi. Sekarang, kamu bahkan hamil anak lelaki itu, dan memaksa Masku bertanggungjawab?"

Beautiful Dayita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang