Bab 24

139 23 10
                                    

Dayita masih bertanya-tanya mengapa ibu dan kakaknya ada di sini, saat dilihatnya Rosa maju, menghampiri dengan langkah bergerak tergesa. Belum sempat Dayi memikirkan harus mengatakan apa, satu tamparan dari ibunya sudah lebih dulu melayang ke pipi.

Dayita menunduk dengan mata terpejam. Pipinya sakit, kepalanya makin pusing. Dan pasti, ia malu setengah mati.

"Jadi, di sini kamu? Apa yang ada di pikiranmu, Dayita? Untuk apa kamu menumpang di rumah orang?" Rosa mulai menumpahkan amarah.

Napas wanita itu terengah-engah. Belum puas menampar, ia jambak rambut si anak hingga wajah Dayi mendongak.

"Buat keluarga malu! Dari dulu, kamu memang selalu menjadi sumber kesialanku!" Mata wanita itu menatap Dayi penuh kebencian. Seolah gadis yang tengah ia jambak ini bukanlah anaknya.

Rosa sudah akan menampar lagi. Namun, lengannya yang terayun langsung ditangkap seseorang. Wanita itu melotot saat tahu Janulah yang melakukannya.

Satu per satu pemilik rumah menghampiri. Victoria menarik bahu Dayi agar gadis itu berdiri di sampingnya.

"Kamu berdarah, Dayita." Wanita itu memanggil satu asisten rumah tangga untuk membawakan kapas. Menutup luka di pipi Dayita dengan itu, lalu memberi tatapan iba.

"Jangan membela dia, Mbak Victoria. Dia memang harus diberi pelajaran, seperti yang sudah-sudah."

Rosa berusaha menarik tangannya dari pegangan Janu, tetapi cekalan pria itu terlalu kuat. Wajah wanita itu makin memerah karena berusaha sekuat tenaga menarik tangannya.

"Anda tahu memukul orang itu dilarang?" Janu mengencangkan cengkeraman di pergelangan tangan Rosa. Nyaris ia lupa kalau tak boleh meremukkan lengan itu.

"Dia anak saya!" balas Rosa geram. "Saya berhak melakukan apa pun."

Janu melepas cekalan tangannya. "Ya, dan kalau Anda lupa yang barusan Anda lakukan itu disebut KDRT.  Layak dilaporkan."

Sementara Ibunya berdebat dengan Janu, Tamara meraih lengan si adik. Ditariknya Dayita untuk dibawa pulang.

Melihat Dayita diseret dengan begitu kasar, Jagad tak bisa tinggal diam lagi. Pria itu mengejar langkah Tamara. Dirampasnya tangan Dayita dari perempuan iblis itu.

"Jangan sentuh dia." Jagad mengucap itu dengan gigi bergemelatuk. Matanya memberi sorot dingin pada Tamara yang terlihat murka.

"Dia adikku. Ini masalah keluarga." Tamara ingin meraih Dayita lagi, tetapi Jagad sudah lebih dulu menjauhkan  adiknya ke belakang punggung.

"Persetan dengan masalah keluargamu," ucap Jagad dengan suara rendah, alis mengait. "Dia nggak akan pergi dari sini, kecuali Regan yang menjemput."

Jagad yang berucap dengan percaya diri membuat Rosa makin berang. Ia merasa tak dihargai. Wanita itu maju, mendorong dada Jagad dengan remeh.

"Kamu siapa? Regan dan saya sama saja. Kami keluarganya dan berhak melakukan apapun padanya."

Jagad yang tak melakukan apa-apa membuat Rosa di atas angin. Wanita itu menjangkau bahu Dayita. Menarik gadis itu berdiri ke hadapannya, kemudian menjambak rambutnya lagi.

"Gara-gara kamu keluarga kita selalu malu. Sudah tidak cantik, tidak pintar, bisamu cuma membuat masalah. Kamu bicara apa pada Regan? Kamu mengadukan apa?!"

Darah Jagad mendidih melihat bagaimana jemari menjijikan Rosa menarik-narik rambut Dayita. Pria itu mengepalkan tangan. Menahan napas, berharap otaknya cukup waras untuk tak melakukan sesuatu yang jahat pada orang tua di hadapan.

Namun, suara isakan pilu dari Dayita membuat pertahanan pria itu runtuh begitu saja.

"Sakit, Ma. Ampun."

Beautiful Dayita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang