"Apa?! Menikah?!"
Jaris yang duduk di sebelah kakaknya langsung menutup kedua telinga. Pria itu mendelik kesal pada Jagad di sebelah. Haruskah berteriak?
"Aku gak tuli, ya, Mas!" protes Jaris.
Wajah Jagad memerah. Emosinya yang menggelegak disalurkan dengan menendang kaki Jaris. "Kamu serius! Temanmu itu ajak Dayita menikah?"
Jaris mengangguk. "Dia yang kasih tahu sore tadi. Malam ini, pas acara makan malam romantis, dia mau lamar Dayita. Katanya, dia udah suka banget sama Yiyit." Lelaki itu sengaja tersenyum antusias.
"Dan kamu biarkan itu terjadi, Jaris?" Nada bicara Jagad naik satu oktaf. Mata pria itu melotot penuh murka pada adiknya.
Jaris menyatukan alis. "Lah, terus aku harus apa?"
"Kamu biarkan temanmu yang bajingan itu melamar Dayita? Dayita itu masih kecil, Jaris! Mau apa kamu kalau temanmu itu cuma bajingan yang ngincar perempuan cantik? Kalau Dayita dinikahi, terus diselingkuhi dan disiksa macam yang sekarang banyak kejadian, kamu mau apa, hah?!"
Jagad menoleh pada kakaknya. "Mas! Kamu biarin Jaris ngelakuin ini? Kamu sama sekali nggak cegah dia menjerumuskan Dayita? Kamu serius nggak peduli lagi sama Dayita, Mas?"
Janu yang sedari tadi duduk tenang menonton televisi, melempar tatapan tak peduli. Pria itu bersedekap. "Begini. Mari misalkan Jaris ini memang bodoh. Dia jerumuskan Yiyit pada pria yang menurutnya baik, mapan dan bertanggungjawab."
"Tahu dari mana kamu laki-laki itu baik dan bertanggungjawab?" sela jagad sewot. "Sekarang banyak laki-laki model begitu. Nikah satu atau dua bulan, baru sifat aslinya kelihatan. Mau kamu Yiyit ditindas? Kamu tahu gimana manjanya anak itu. Kamu pikir bakal ada laki-laki yang sabar ngebujukin dia tiap hari?"
Janu terkekeh hambar. "Kubilang, misalkan Jaris ini memang bodoh. Dia salah pilih. Lalu, kan kita sama-sama tahu kalau Yiyit itu memang kurang pintar da--"
"Dayita bukan bodoh, ya!" bantah Jagad tak senang. Lirikannya setajam ujung pisau pada sang kakak. "Dia cuma terlalu polos dan lugu."
Kesal sejak tadi terus disela, Janu menendang kaki Jagad. Adiknya itu meringis, tampak tak terima, ia kembali melanjutkan.
"Misalnya, Jaris ini memang bodoh. Buatlah umpama Yiyit memang tidak pintar. Perlu kamu tahu, aku tak bisa berbuat apa-apa lagi sekarang. Istriku bisa marah dan menuduhku mau berselingkuh kalau aku melarang Yiyit menikah. Lalu ... kamu selaku orang paling cerdas, hanya akan duduk di sini? Melampiaskan rasa marah dan cemburumu pada kami yang tak tahu apa-apa? Mengatai kami bodoh, menuduh laki-laki baik yang berani mengambil sikap sebagai rubah penipu, lalu sudah?"
Janu berdecak-decak sambil geleng-geleng kepala. "Sungguh cerdas. Besok, tambahkan 'pengecut' di nama tengahmu."
Kalimat-kalimat barusan memukul Jagad telak. Pria itu meluruskan duduk. Menatapi lantai di bawah sofa, lalu memainkan jemari.
"Hah, sekarang berlakon macam orang dungu," cela Janu.
Menyungging senyum puas, Jaris mengeluarkan ponsel. "Mas Janu, apa aku tanya Dayita sekarang, ya? Kira-kira mereka udah pulang kencan belum? Kira-kira keputusannya gimana, ya?" tanyanya memanas-manasi.
"Tidak perlu menghubungi dia." Janu kembali menatap layar televisi. "Dia sudah memberitahuku setengah jam lalu."
Jagad yang semula tampak lemas seketika menegakkan punggung. Ia menatap kakaknya dengan sorot cemas. "Dayita bilang apa?"
Janu melirik malas. "Apa lagi? Memang dia mau menunggu apa sampai menolak ajakan menikah dari seorang pria baik?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Dayita
RomanceKabur dari rumah, Dayita menumpang, lalu merecoki hidup tiga bersaudara. Janu, Jagad dan Jaris dianggap Dayita sebagai malaikat yang dikirim untuk sedikit mengobati hati. Tiga pria itu menolongnya tanpa pamrih. Namun, tak Dayita duga ia akan menget...