Mavendra berjalan mengendap-endap saat sampai di depan perpustakaan. Dari jendela luar, dia bisa melihat Aurora dan juga Rama yang sedang duduk berdua.
Mereka berdua sedang berbincang-bincang sesekali tertawa, lebih tepatnya Rama yang sangat excited.
Mavendra menggigit jari-jemarinya. Ia harus mempunyai cara untuk memisahkan kedua sejoli itu.
Dan tak lama kemudian, akhirnya dia mempunyai ide. Lantas dengan cepat cowok itu berjalan masuk ke dalam perpustakaan.
Bu Risma yang mengetahui seseorang yang masuk ke dalam perpustakaan langsung mendongak. "Tumben kamu ke sini."
Mavendra menyengir. "Nggak apa-apa 'kan, Bu. Saya juga mau jadi anak rajin gitu."
"Mau jadi anak rajin apa mau gangguin Aurora?" julid Bu Risma.
Lagi dan lagi Mavendra menyengir. "Kok bisa tahu sih, Bu?"
Bu Risma memutar kedua bola matanya malas. "Pergerakan kamu itu udah bisa ditebak. Udah, kalau kamu mau ganggu Aurora mending keluar aja."
"Loh, Bu Risma kenapa ngusir saya?"
"Tadi saya udah bilang, 'kan? Kalau kamu ke sini cuma mau gangguin Aurora, mending langsung angkat kaki dari sini. Dia itu lagi sibuk, sibuk buat Olimpiade besok!"
"Itu, si Rama kenapa nggak disuruh keluar juga, Bu?"
"Rama juga ikut Olimpiade."
"Ya udah, saya juga mau ikut Olimpiade."
"Mau ikut Olimpiade apa kamu, huh? Nilai aja di bawah lima puluh semua. Kalau kamu mau ikut, tingkatkan dulu prestasi kamu. Belajar lebih giat. Nggak usah pacaran dulu. Kalau nanti nilai kamu udah baik, baru boleh ikut Olimpiade. Paham?"
"Tapi kenapa musti harus Rama sih, Bu? Kenapa nggak yang lain aja?"
"Karena dia pintar."
"Pintar dari mana. Orang dia aja tol-" ucapnya terpotong karena di sampingnya itu terdapat Aurora. "Hai?" Mavendra menyapa sambil tersenyum.
"Saya ijin sebentar, Bu." Aurora langsung menarik pergelangan tangan milik Mavendra untuk keluar dari perpustakaan.
"Mau dibawa ke mana, sih? Mau ke pelaminan? Hayuk, dek, abang udah siap lahir batin!"
Aurora langsung melepaskannya. Dia mendengkus sebal melihat cowok yang berada di depannya. "Nggak usah ganggu, bisa?" ucapnya dengan penuh penekanan.
"Gue nggak ganggu lo, Ra."
Aurora menatap datar cowok itu.
"Nanti pulang bareng sama gue, ya? Soalnya Mamah kemarin nanyain lo."
"Enggak!"
"Kenapa?"
"Gue sibuk."
"Berarti kalau lo nggak sibuk, bisa dong ke rumah gue?"
"Nggak juga."
"Kasih alasan ke gue, kenapa lo nggak mau ketemu sama Mamah gue."
***"Kenapa nggak langsung lo pukul aja, sih, Ra? Kok, lama-lama gue jadi gedeg ya sama cowok itu?" kesal Nina.
"Apalagi gue, Na."
"Terus, habis itu gimana?"
"Mau gimana lagi, gue nggak jawab pertanyaan dia. Gue langsung balik ke perpustakaan."

KAMU SEDANG MEMBACA
MAVENDRA [END]
Teen Fiction#season 1 Menaklukkan cewek dingin? Tidak ada di kamus milik Mavendra. Cowok dengan kain yang selalu melingkar di kepalanya. Ini semua karena dia mendapatkan dare dari sahabatnya untuk meluluhkan seorang cewek yang berwajah datar dan irit bicara. I...