26

110 9 0
                                    

Semenjak kerja kelompok kemarin, kedekatan Bianca dengan Mavendra semakin erat. Terlebih lagi Bianca yang selalu mendekati Mavendra terlebih dahulu, membuat Aurora sedikit tidak nyaman dengan kehadiran cewek itu.

Jangan salah paham, Aurora belum seratus persen ada perasaan dengan Mavendra. Tetapi entah kenapa, saat melihat kedekatan Mavendra dengan Bianca membuat dadanya sedikit panas.

Seperti saat ini, Aurora sedang menikmati makanan di kantin bersama Nina. Dari arah pintu masuk Ia tak sengaja melihat Bianca sedang menggandeng pergelangan tangan Mavendra seraya tertawa kecil.

"Loh, bukannya Mavendra lagi deket sama lo, ya? Kok, dia sama Bianca?" Nina bingung melihatnya.

"Siapa juga yang deket sama dia." Aurora masih setia memakan bubur kacang hijau, menghiraukan ke-dua orang berbeda jenis kelamin duduk tepat di depannya.

"Untung lo nggak deket sama dia, Ra. Belum lo terima aja udah kayak gitu, apalagi nanti kalau udah jadi pacar lo. Gila nggak, sih?"

Aurora mengedikkan bahunya.

"Ven, nanti lo ada waktu apa nggak? Kalau ada, anterin gue ke mall, boleh?"

Samar-samar Aurora tak sengaja mendengar percakapan kedua orang itu. Dan sedikit terkejut saat mendengar jawaban dari Mavendra karena menyetujui ajakan dari cewek itu.

"Tolong, Ven, sendoknya jauh banget. Gue nggak sampai."

Saat sedang serius mendengarkan percakapan mereka, tiba-tiba terdapat seseorang yang duduk di samping Aurora. Orang itu adalah Rama.

"Hai, Ra?" sapa Rama.

"Hai juga. Ada apa?"

"Nanti pulang sekolah ada rapat OSIS."

Aurora mengangguk. Jam istirahat pun telah usai. Semua orang yang sedang menikmati makanan di kantin langsung membubarkan diri, termasuk Aurora dan sahabatnya.

Nina tak sengaja menyenggol Aurora, membuat cewek itu hilang keseimbangan karena tak siap mendapatkan dorongan yang kuat begitu saja. Untung dengan cepat Rama menangkap Aurora, jika tidak, cewek itu akan jatuh ke  lantai. Kejadian ini tak luput dari pandangan beberapa orang yang masih berada di kantin, termasuk Mavendra dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Lo nggak pa-pa, kan?" tanya Rama.

Aurora tersenyum canggung. "Nggak pa-pa, cuma kaget aja," lalu kedua matanya menatap tajam Nina yang hanya menampilkan wajah tanpa dosanya.

***

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, pertanda jam pelajaran hari ini telah usai. Saat Aurora sedang membereskan alat tulis, tiba-tiba di depannya itu terdapat Rama dengan tersenyum menatap ke arahnya.

"Hari ini lo nggak ada acara, kan?" tanya Rama.

Aurora menggeleng. "Nggak ada, kenapa?"

"Hari ini rencana gue mau beli buku sama peralatan besok buat acara camping. Kalau mendadak takut entar nggak fokus Ujian Sekolahnya. Gimana?"

"Sekarang?"

Rama mengangguk.

Mereka berdua keluar dari kelas sembari mengobrol tentang alat-alat yang akan dibawa untuk acara camping nanti. Membuat Mavendra yang akan berjalan ke arah kelas Aurora lalangsung bersembunyi dibalik pintu.

"Mereka mau ke mana, sih?" dahinya mengkerut. Tanpa berpikir panjang Mavendra berjalan mengikuti kedua orang itu dari dibelakang.

Diparkiran Aurora membonceng Rama, lalu keluar dari halaman sekolah. Mavendra yang tak mau kehilangan jejak mereka langsung saja berlari untuk mengambil motornya.

"Mau ke mana lo? Buru-buru amat. Ayo ke warjok?" ajak Airon.

"Nggak dulu. Gue lagi ada acara penting." Mavendra menaiki motornya.

"Acara apaan, sih?"

"Kepo lo, nyet!" Mavendra langsung melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, tak perduli jika masih di dalam area sekolah. Yang terpenting sekarang dirinya tidak boleh kehilangan jejak kedua orang itu.

Dan sampailah mereka ke tempat toko "SERBA ADA". Memang di toko tersebut semua serba ada, sesuai dengan nama tokonya. Dari perlengkapan rumah tangga, perawatan tubuh dari atas sampai bawah, pakaian, alat-alat keperluan lainnya, bahkan kunci surga pun ada. Memang terbaik lah!

Mavendra tetap membuntuti mereka dari belakang. Mereka naik ke lantai dua, Mavendra juga ikut. Mereka berjalan dari ujung sampai ujung Mavendra tetap ikut. Tak ada sedetik pun pandangan Mavendra teralihkan dari kedua orang itu.

Dirinya hampir ketahuan oleh Aurora, tetapi untung saja di depannya itu terdapat lemari besar dan dia bersembunyi di sana.

Di lain sisi, Aurora sedari tadi merasakan seperti ada seseorang yang sedang mengamati dirinya.

"Alat dan bahan udah semua. Kira-kira kurang apa lagi, ya?" tanya Rama.

"Bentar, gue cek lagi." Aurora mengambil ponsel untuk melihat apa saja barang-barang yang kurang. "Kurang confetti party?" lanjutnya.

"Iya, bener. Kayaknya ada di sebelah sana, deh." Rama menunjuk ke arah rak yang berada di pojok depan.

Aurora mengangguk. Mereka berdua berjalan ke arah tempat tersebut. Tentunya Mavendra mengikuti dari belakang secara diam-diam.

Barang milik Aurora terjatuh ke lantai. Dengan cepat ia mengambilnya. Kepalanya sedikit mengintip ke belakang. Dari ujung matanya dia melihat kedua kaki dengan balutan celana abu-abu. Aurora pun mengenali siapa orang itu, apalagi sepatu yang dikenakan.

"Kenapa, Ra?" tanya Rama.

"Enggak, tadi bukunya ada yang jatuh."

Rama hanya mengangguk.








jangan lupa vote and komen

instagram : hrdntaar

MAVENDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang