19

161 14 0
                                    

Seperti apa yang dikatakan oleh Mavendra kemarin, sekarang mereka berdua sudah berdiri tegak di depan kelas Aurora.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Di dalam ruangan kelas terdapat Aurora yang masih menjalankan tugas piket.

"Ra?" panggil Mavendra saat melihat Aurora yang sedang menghapus papan tulis.

Aurora menoleh sekilas, lalu kembali melanjutkan kegiatannya menghiraukan sesosok makhluk yang berada di depan pintu kelas.

"Ra, udah apa belum?" tanya Mavendra.

Aurora masih diam.

Airon menyenggol lengan sahabatnya. "Gimana?"

Mavendra menoleh ke belakang. "Bentar, dia belum selesai. Kalau nunggu sih, kelamaan. Apa kita masuk aja, ya?"

"Jangan! Ada CCTV. Nanti dikira kita mau ngapa-ngapain dia."

Mavendra menganggukkan kepala. Menyetujui ucapan dari Airon. Lebih baik dirinya menunggu sampai cewek tersebut selesai dengan tugasnya.

Hingga lima menit kemudian, akhirnya Aurora telah menyelesaikan piket. Cewek itu berjalan keluar dari kelas. Dengan cepat Mavendra menghadangnya.

Aurora menghentikan langkah kakinya. "Kenapa lagi? Lo nggak puas—"

"Bukan gitu, Ra. Lo tenang dulu, ya? Gue cuma mau minta maaf. Bukan cuma gue doang, tapi sama Airon." Mavendra mengisyaratkan menggunakan kedua mata ke arah Airon untuk meminta maaf.

Airon berjalan mendekat. "Ra, gue Airon. Sebelumnya gue minta maaf karena—"

"Nggak usah basa-basi, gue sibuk!" potong Aurora.

"Gue minta maaf, Ra. Lo jangan salahin Mavendra, salahin aja gue. Karena ini semua tantangan dari gue. Pokoknya dengan kerendahan hati lo, lo bisa maafin kita berdua."

"Iya, gue maafin kalian. Udah kan, gue mau pergi."

Mavendra menarik pergelangan tangan milik Aurora. "Bareng sama gue?"

Aurora menggelengkan kepala.

"Nggak pa-pa kalau kali ini maksa." Mavendra tertawa pelan. Dia berjalan dengan sedikit cepat seraya menggandeng tangan Aurora.

"Loh, anak se ganteng gue ditinggalin kayak gini? Nggak ada yang mau gandeng juga?" ucap Airon.




***



"Kita mau ke mana?" tanya Aurora.

"Udah diem aja, nanti juga tahu." Mavendra mengendarai motornya dengan pelan. Menikmati angin Ibu Kota yang saat ini sedikit sejuk daripada biasanya.

Lima belas menit kemudian, mereka telah sampai di tempat yang sepi, tenang, dan nyaman.

Aurora mengedarkan pandangannya. Melihat ke arah sekeliling. "Sepi banget?" ucapnya.

"Ayo." Mavendra kembali menggandeng Aurora untuk berjalan mengikutinya. Hingga di depan mereka, terdapat danau yang dikelilingi oleh bukit-bukit.

Air danau sangat jernih. Suasana masih sangat asri. Mereka berdua duduk di tepian danau. Keheningan meliputi mereka berdua. Hanya terdengar suara kicauan burung-burung yang saling bersautan.

Mavendra menatap Aurora. "Ra, lo beneran maafin gue, 'kan?" tanyanya memastikan.

Aurora diam sebentar. Tak lama setelah itu ia mengangguk pelan. "Iya, gue maafin. Tenang aja, lo nggak usah ngerasa bersalah gitu."

"Lo ngomong kayak gitu, gue malah tambah ngerasa bersalah, Ra. Beneran, gue juga nggak tahu kenapa tiba-tiba buat lo bahan tantangan. Bego banget, kan?"

MAVENDRA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang