Tiga hari telah berlalu dan sekarang adalah hari di mana seluruh kelas XII [12] sedang dimabukkan dengan kertas yang berisi soal-soal tertulis di depannya. Hari ini adalah waktu pelaksanaan Ujian Sekolah untuk menentukan lulus atau tidaknya seorang siswa.
Suasana kelas XII IPS 3 begitu hening. Semua fokus terhadap soal tersebut, kecuali Mavendra, yahh sedari tadi hanya memainkan bolpoin dengan jari-jarinya.
Dia kriteria anak bisa dibilang bodoh juga tidak, pintar juga tidak. Otaknya hanya pas-pasan. Dirinya hanya pintar dalam satu hal, yaitu memikat betina. Yah, tetapi hanya ada satu cewek yang sedari awal susah untuk ditaklukkan, siapa lagi jika bukan Aurora.
Omong-omong soal cewek itu, Ia juga sedang fokus terhadap lembaran-lembaran kertas di depannya. Berhubung otaknya cukup pintar, membuat dirinya begitu mudah mengerjakan tugas tersebut.
Untung saja dalam tiga hari belakangan ini cowok itu atau Mavendra sama sekali tidak mengganggu dirinya. Yang biasanya setiap hari bertemu di sekolah, ini hanya beberapa kali saja mereka bertemu. Itu pun hanya berpapasan Mavendra hanya tersenyum lalu berjalan pergi. Dan juga, cowok itu setiap hari pasti selalu mengirimkan pesan kepadanya, entah mau itu pesan yang tak penting. Tetapi, akhir-akhir ini tidak sama sekali.
Aurora cukup senang, karena dia bisa fokus belajar untuk menghadapi Ujian Sekolah. Tetapi di sisi lain, dirinya juga merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Entah apa itu dia juga tak mengetahuinya.
***
Tidak terasa hari ini adalah hari ke tiga atau hari terakhir di mana mereka melaksanakan Ujian Sekolah.
Sampai sekarang Mavendra tidak menyapa, memberikan pesan, dan menjaili Aurora. Seakan-akan cowok itu telah hilang ditelan bumi.
Aurora berpikir apakah cowok itu menyerah untuk mendapatkannya? Atau sedang merencanakan strategi?
Entahlah.
Kringgg.....
"Waktu Ujian telah selesai. Hari ini adalah hari terakhir kalian melaksanakan Ujian Sekolah.Ibu mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya untuk kalian semua karena telah mengikuti Ujian Sekolah dengan jujur. Semoga, kalian bisa lulus dan mendapatkan kampus favorit yang kalian impikan. Kalau begitu, kalian boleh keluar."
Semua siswa keluar dari kelas dengan menghirup udara sebanyak-banyaknya. Beban dipundak yang selama ini mereka tanggung selama tiga tahun sepertinya telah hilang. Sekarang hanya menunggu waktu kelulusan yang diumumkan beberapa minggu lagi.
Aurora dan Nina sedang menikmati makanan di kantin. Sebenarnya mereka telah diperbolehkan untuk pulang. Tetapi perut mereka meronta-ronta untuk diisi.
"Gila, anjir. Akhirnya Ujian Sekolah udah selesai. Beban dipundak gue seketika hilang," ujar Nina.
"Biasa aja kali."
"Itu, kan, lo. Kalau gue beda lagi, Ra. Otak gue yang pas-pasan akhirnya sekarang bisa party. Kek, gue ngerasa kayak plong gitu, loh."
Aurora memutar kedua bola matanya. Tetapi dengan tak sengaja dirinya malah melihat Mavendra sedang di kantin bersama sahabatnya dan juga cewek yang Aurora kenal namanya. Dia adalah Bianca.
"Eh, kok, akhir-akhir ini gue jarang lihat lo berduaan sama Mavendra?"
"Apaan, sih?"
"Biasanya dia sama lo kayak prangko, Ra. Pokoknya kalau ada lo, selalu ada Mavendra. Entah itu dilubang semut." Nina menyipitkan kedua matanya. Menatap Aurora dengan penuh selidik. "Apa, jangan-jangan—"
"Lo nggak usah mikir aneh-aneh! Gue sama dia nggak ada hubungan apa-apa."
"Apa sahabat? Ya, benar, HOAX!"
"Lo nggak percaya sama gue?" tanya Aurora.
"Buat kali ini gue cuma percaya sama lo lima puluh persen doang. Sisanya ya lo tahu lah, cuma hati lo yang selalu denial ter—" Nina menggantungkan ucapannya. Menepuk pundak Aurora berkali-kali. "Ra, itu Mavendra sama Bianca, kan?" tanya Nina kepada Aurora.
"Iya, emangnya kenapa?"
"Loh, berarti rumor beberapa hari yang lalu benar?"
"Maksudnya?"
"Loh, kirain lo udah tahu, Ra."
"Gue nggak tahu, nggak ikuti gosip di sekolah. Emangnya ada apa?"
Nina tersenyum jail. Menyenggol pundak Aurora. "Alah, giliran kalau ada rumor tentang Mavendra lo tanya ada apa."
"Dih, kirain apa. Nggak penting juga."
"Kalau lo mau tahu, beberapa hari ini ada rumor kalau Mavendra lagi dekat sama Bianca. Dari gosip yang gue dengar, sih, Bianca yang selalu ngejar-ngejar Mavendra. Dan, ditambah lagi mereka percaya kalau Mavendra sama Bianca lagi dekat itu, ya karena orang-orang lihat buktinya di instastory instagram Bianca."
"Apaan emangnya?"
"Mereka pulang bareng gitu."
Aurora mengingat-ingat kejadian beberapa hari yang lalu, disaat mereka tak sengaja saling menatap satu sama lain di depan sekolah.
"Ra?" Nina menggoyangkan lengan Aurora.
Aurora membuyarkan lamunannya. "Iya, kenapa?"
"Terus, hubungan lo sama Mavendra gimana?"
Ia menghembuskan napasnya dengan berat. "Gue bilang sekali lagi, gue sama dia nggak ada hubungan apa-apa, oke? Gue nggak masalah, mau dia dekat sama Bianca, atau sama cewek lain, gue juga nggak peduli."
"Oke, nggak peduli. By the way, lo udah siap-siap buat camping?
Aurora mengangguk. "Udah, sebelum Ujian."
"Yah, kirain belum."
"Lo udah?"
"Belum, makanya gue tanya sama lo. Niatnya kalau lo belum beli, gue bakalan ngajak lo, Ra."
***
Mavendra sedang menunggu seseorang diparkiran. Dia sudah membaca buku yang beberapa hari lalu ia pinjam. Entah apa yang dilakukan sekitar tiga hari belakangan ini membuat Aurora mencarinya atau tidak.
"Hai, Ven?" panggil Bianca.
Mavendra menoleh. "Kenapa?"
"Lo lagi nungguin siapa?"
"Pacar gue, kenapa?"
Bianca sedikit terkejut. "L-lo udah punya pacar?"
"Mungkin iya."
"Siapa pacar lo?" tanya Bianca.
"Lihat aja cewek yang bakal lewat di depan kita."
Bianca diam. Dia menuruti ucapan dari Mavendra. Sangat kepo sekali dengan cewek yang sekarang menjadi kekasihnya cowok itu.
Tak lama setelah itu, Bianca melihat satu-satunya cewek yang akan melintas di depannya hanya Aurora. Dan Ia yakin jika kekasih Mavendra adalah cewek itu.
"Aurora?" ucap Bianca.
Mavendra mengangguk.
Bianca mendengkus. Sebelum Aurora lewat, dia harus memainkan drama. Pokoknya Mavendra tidak boleh dimiliki oleh siapapun kecuali dirinya.
Ia memikirkan hal apa yang akan membuat Aurora marah kepada Mavendra. Setelah berhasil mendapatkan ide, dan tepat Aurora sudah berjarak sekitar dua meter dari mereka, dengan sengaja Bianca jatuh ke dekapan Mavendra. Membuat cowok itu mau tak mau menangkap Bianca.
Aurora yang melihat itu hanya melengos pergi.
Mavendra langsung mendorong Bianca dengan cukup kuat. "Kenapa, sih, lo?" kesalnya.
"Gue mau jalan tapi di depan gue ada batu, ya udah jadi jatuh ke lo."
"Buta mata lo, batu segede otak lo aja masih lo salahin!"
Bianca mendengkus sebal mendengarnya.
beberapa part lagi bakalan end lhoo
jangan lupa apa? ya, vote and komen.
kalau mau follow akun author yeee
instagram : hrdntaar
KAMU SEDANG MEMBACA
MAVENDRA [END]
Teen FictionMenaklukkan cewek dingin? Tidak ada di kamus milik Mavendra. Cowok dengan kain yang selalu melingkar di kepalanya. Ini semua karena dia mendapatkan dare dari sahabatnya untuk meluluhkan seorang cewek yang berwajah datar dan irit bicara. Ia kira, pe...