"Mau ke kantin apa nggak?" tanya Mavendra.
Aurora menggelengkan kepala. "Ke perpustakaan."
"Ngapain?"
"Banyak tanya!" Aurora berjalan mendahului cowok itu.
Mavendra memajukan bibir bawahnya, lalu berjalan mengikuti Aurora menuju ke perpustakaan.
Di dalam sana, hanya terdapat beberapa orang yang sepertinya kutu buku. Kalau tidak bersama Aurora, mana mungkin Mavendra masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi dengan segudang buku-buku ini.
"Lo mau cari apa, Ra?"
"Cari muka."
Mavendra tertawa singkat. "Sekarang udah bisa ngelawak, ya?"
Aurora diam tidak menjawab. Dia masih asyik mencari novel yang akan ia baca. Mengabaikan cowok di belakangnya seperti anak ayam yang sedang mengekori induknya.
Beberapa menit kemudian, Aurora telah mendapatkan novel yang ia cari. Dirinya langsung berjalan menuju ke meja baca dekat dengan jendela.
Berbeda dengan Mavendra, saat ia akan melangkah menuju ke cewek itu, tiba-tiba terdapat satu buku yang menarik perhatiannya. Buku itu terletak di pojok sendiri.
Mavendra mengambilnya, lalu membaca judul buku tersebut. "Tips Meluluhkan Calon Pacar," gumamnya.
Tak lama kedua sudut bibirnya naik ke atas membentuk senyuman. "Siapa tahu, buku ini bisa bantu gue," saat ingin membalikkan badannya, tiba-tiba ia dikejutkan dengan manekin yang tepat berada di depannya.
Karena terkejut, Altariz reflek memukul manekin tersebut hingga jatuh. "ANJ*NG!" teriaknya.
Aurora yang sedang fokus langsung menoleh ke arah sumber suara. Itu adalah teriakan milik Mavendra. Langkah kakinya berjalan mendekat ke arah Mavendra. Kedua dahinya bertaut, lalu bertanya. "Ada apa?"
"Nggak ada, gue cuma kaget aja, tiba-tiba di depan gue ada manekin." Mavendra menunjuk ke arah manekin yang sudah tergeletak di lantai.
Aurora mengangguk. Tak sengaja dirinya melihat sebuah buku yang sedang dibawa oleh Mavendra. "Itu apa?" tanya Aurora.
"Ini? Eh... Bukan apa-apa, kok." Mavendra tersenyum, menyembunyikan buku itu ke belakang tubuhnya.
Aurora mengedikkan bahunya, berjalan kembali menuju mejanya. Kemudian melanjutkan membaca novel yang tertunda hingga bel istirahat sudah selesai.
***
Kedua sejoli itu sedang berada di warjok sekolah. Di sana juga banyak sekali teman-teman Mavendra, ada juga yang dari sekolah lain.
"Gue balik dulu." Mavendra menginjak rokoknya, lalu berdiri.
"Buru-buru amat, lo. Biasanya juga sampai sore," ucap salah satu dari mereka.
"Gue bawa anak orang." Mavendra menunjuk ke arah Aurora yang sedang mengobrol dengan Mbak Rista.
Langkah kakinya berjalan menuju ke arah Aurora, lalu menepuk pundak milik cewek tersebut. "Pulang sekarang?" tanya Mavendra.
Aurora mengangguk. Sebelum beranjak, ia tersenyum tipis ke arah Mbak Rista yang baru saja ia kenali, tetapi sudah akrab seperti teman lama. "Pulang dulu, Mbak."
Mbak Rista mengangguk. "Hati-hati."
Mereka berdua berjalan menuju motor yang terparkir di samping warjok. Mavendra memberikan helm kepada Aurora, dan cewek itu menerimanya.
Sebelum melaju pergi dari tempat ini, Mavendra membunyikan klakson kepada semuanya dan di beri jawaban yang berbeda-beda dari mereka. Kemudian, motor itu keluar dari gang menuju ke jalan utama.
Mavendra mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Menatap Aurora dari spion motor. "Mau jalan-jalan dulu, apa langsung pulang?"
"Hah?"
"Mau jalan dulu, apa langsung pulang ke rumah?"
"Mau mancing?"
Mavendra mendengkus sebal dari balik helmnya. "Mau balik apa langsung pulang ke rumah?" tanyanya sekali lagi.
"Oh... Pulang aja."
"Oke, jalan-jalan dulu." Mavendra menambah sedikit kecepatan motornya.
Mavendra mengajak Aurora jalan-jalan di sekitaran Ibu Kota, tentunya dengan paksaan. Mau tak mau Aurora mengiyakan saja, toh sama aja jika dirinya menolak pasti cowok itu masih mempunyai seribu lebih cara agar keinginannya itu terpenuhi.
Hingga jam sudah menunjukkan pukul lima sore, mereka baru sampai di depan rumah milik Aurora.
Cewek itu melepas helm, lalu memberikannya ke Mavendra. "Makasih."
"Sama-sama. By the way, gue mau pamitan sama Mamah lo."
"Eng— Mamah gue lagi nggak ada di rumah, iya, itu," alibi Aurora.
"Beneran?" tanya Mavendra memastikan.
"Beneran. Udah sana pulang!"
"Oke, deh. Ya udah, gue pulang dulu." Mavendra tersenyum ke arah Aurora, lalu motor yang ia tunggangi melaju meninggalkan perumahan itu.
Aurora menghela napasnya panjang. Masuk ke dalam rumahnya dengan menenteng satu kantong plastik berisi makanan yang ia beli sebelum pulang.
"Nggak usah pulang sekalian! Kerjaannya ngelayap aja!" ucapan itu membuat Aurora menoleh ke arah sumber suara, yang di mana ia melihat Mamahnya yang sedang duduk di sofa sembari menonton televisi.
Aurora berjalan mengabaikan Mamahnya tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. Dirinya sudah malas untuk berdebat.
***
Malam harinya, Aurora sedang bersandar di kepala kasur dengan kaki yang ia selonjorkan untuk memangku laptopnya. Sekarang dirinya sedang menonton Drama Korea sembari memakan cemilan. Ah... ini salah satu kenikmatan dunia yang tak boleh terlewatkan.
Saat sedang asyik menonton, tiba-tiba notif dari handphonenya itu berbunyi. Aurora mengambil benda pipih panjang itu lalu melihatnya.
Setelah membaca sekilas, ia langsung mematikan ponselnya. Dia abaikan. Lebih baik melanjutkan menonton drakor.jangan lupa vote and komen
ig : hrdntaar
KAMU SEDANG MEMBACA
MAVENDRA [END]
Dla nastolatkówMenaklukkan cewek dingin? Tidak ada di kamus milik Mavendra. Cowok dengan kain yang selalu melingkar di kepalanya. Ini semua karena dia mendapatkan dare dari sahabatnya untuk meluluhkan seorang cewek yang berwajah datar dan irit bicara. Ia kira, pe...