"Mau ke mana, Bang?" tanya Risa yang melihat anaknya sudah memakai baju rapi.
Mavendra menoleh. "Aven mau main dulu, Mah."
Risa mengangguk. "Iya, hati-hati." Lalu kembali sibuk dengan peralatan dapurnya.
Altariz berjalan keluar dari rumah menuju ke garasi. Ia keluar dari halaman rumah menggunakan motor kesayangannya.
Beberapa menit kemudian, akhirnya telah sampai ditempat yang ia tuju. Yaitu rumah milik Aurora. Dengan satu tangan membawa kantong plastik berisi makanan, dirinya berjalan masuk ke dalam gerbang yang terbuka.
Mengetuk pintu itu, hingga tak lama terbuka. Menampilkan Aurora yang sedang menggunakan pakaian rumahnya. Saat ingin menyapa, pintu itu tertutup kembali. Altariz menghela napasnya panjang.
***
Aurora mendengkus sebal. Kenapa cowok itu benar-benar ke rumahnya? Ia kira bakalan bercanda.
Masuk ke dalam kamarnya, lalu berjalan menuju jendela. Korden ia geser. Dari dalam kamar, dia melihat motor milik cowok itu masih terparkir di depan rumahnya. Berarti cowok tersebut belum juga pulang.
Merebahkan tubuhnya di atas kasur, menatap ke arah langit-langit kamarnya. Karena terlalu pusing memikirkan kejadian yang akhir-akhir ini menimpanya, akhirnya dirinya tertidur.
Hingga sore telah tiba, Aurora juga baru bangun dari tidurnya. Ia menggeliat, lalu menatap ke arah jarum jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul tiga sore.
Cewek itu beranjak dari kasur. Mengambil handphone, lalu membukanya. Dengan kedua mata yang masih sayu, dirinya membaca notif yang berada di beranda.
Mengerutkan dahinya, lalu kedua matanya terbuka dengan sangat lebar saat membaca kembali notif tersebut.
Aurora keluar dari kamar dengan berlari. Setelah pintu depan terbuka, ternyata cowok itu sudah tidak ada di sini. Kemudian kedua matanya menoleh ke arah gagang pintu, yang di mana terdapat kantong plastik berisi makanan tergantung di sana.
Aurora mengambilnya, kemudian kembali masuk ke dalam rumah menuju kamarnya. Dirinya duduk di ujung kasur dan membuka makanan tersebut. Tetapi sebelum ia buka, dirinya melihat secarik kertas yang tertempel di sana. Mengambilnya lalu membaca tulisan dari kertas tersebut.
***
Mavendra sudah sampai di tempat tongkrongannya, yaitu di Waroeng Mang Ujang. Di sana banyak sekali teman-temannya yang sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Membuka helm, lalu merapikan rambutnya yang berantakan. Setelah itu turun dari motor dan menyapa mereka semua. Dan dibalas juga dengan mereka.
Mavendra duduk di samping Airon. Cowok itu sedang menyalakan rokoknya sembari bermain game.
"Ron!" Mavendra menepuk pundak sahabatnya.
Airon menoleh sekilas. "Kenapa?" lalu menatap ke arah layar ponselnya kembali.
"Gue mau ngomong."
"Ngomong tinggal ngomong, elah."
Mavendra menghela napasnya. "Gue mau nyerah. Gue nggak mampu buat lanjutin tantangan dari lo."
Airon yang sedang fokus terhadap game, seketika langsung menatap ke arah Mavendra. "Beneran? Gue nggak salah dengar, kan?" tanyanya memastikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
MAVENDRA [END]
Teen Fiction#season 1 Menaklukkan cewek dingin? Tidak ada di kamus milik Mavendra. Cowok dengan kain yang selalu melingkar di kepalanya. Ini semua karena dia mendapatkan dare dari sahabatnya untuk meluluhkan seorang cewek yang berwajah datar dan irit bicara. I...