bacanya pelan-pelan aja, ya. ini 2k lebih.
***
Sebuah prolog tanpa epilog
Aurora meletakkan ponselnya setelah melihat notifikasi yang muncul di beranda. Ia memilih untuk mengabaikan pesan itu dan melanjutkan menonton drama yang sempat tertunda.
Matahari kini bersinar terik di langit. Aurora tidak memiliki kegiatan apa pun sejak dinyatakan lulus. Dua minggu setelah kegiatan camping, sekolah mengumumkan kelulusan para siswa dan kini menyelenggarakan prom night dengan mengundang beberapa penyanyi seperti HIVI, Bernadya, Tulus, dan lain-lain.
Ketika Aurora tengah fokus dengan layar laptopnya, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Dengan mendengus kesal, Aurora menutup laptop dan berjalan menuju pintu utama.
"Siapa…? Ngapain?" tanya Aurora saat melihat Mavendra berdiri di depan pintu.
Mavendra tersenyum. "Mau ajak lo jalan."
"Nggak ada waktu."
"Please, Ra. Khusus hari ini, jangan tolak permintaan gue, ya?" Mavendra meminta dengan raut wajah sedih.
"Mau ke mana?"
"Ajak lo jalan."
"Iya, gue tahu. Maksud gue, ke mana?"
"Nanti juga tahu sendiri."
Aurora mendengus lagi. "Cepetan masuk."
Mavendra tersenyum lebar dan melangkah masuk ke rumah Aurora.
***
Sekarang mereka berada di mall. Aurora hanya mengikuti ke mana Mavendra berjalan. Ia terkejut ketika tiba-tiba Mavendra menggandeng pergelangan tangannya, menariknya masuk ke salah satu toko baju.
"Lo mau beli yang mana?" tanya Mavendra.
"Lo tanya ke gue?"
"Ya, iya, terus mau tanya sama siapa lagi? Masa sama setan? Kalau iya, gue mati duluan dong."
"Nggak jelas banget."
"Mau pilih yang mana?"
"Gue nggak mau bel—"
"Yang ini?" Mavendra mengangkat sebuah baju, memperlihatkannya kepada Aurora. "Iya, ini cocok buat lo, Ra. Kalau lo pakai ini, tambah cantik kayak bidadari. By the way, kalau bidadarinya lo, gue mah siap mati dari sekarang."
"Lo ngomong apaan, sih? Dari tadi nggak jelas banget."
"Sekalian sama make up? Sepatu? Atau pernak-pernik biar lo tambah cantik?"
"Nggak, ini aja."
"Beneran?" tanya Mavendra, memastikan.
"Iya, astaga!"
"Ya udah, tapi masa nanti lo polosan gitu, sih?" Mavendra terdiam sebentar. "Eh, tapi nggak apa-apa, lo dandan nggak usah cantik-cantik, biar nggak ada yang kepincut sama lo."
"Gue nggak dandan juga ada yang kepincut."
"Mantap! Itu gue orangnya. Udah, ayo ke kasir." Mavendra menarik pergelangan tangan Aurora menuju kasir untuk membayar belanjaannya. Setelah selesai, mereka keluar dari toko tersebut.
"Mau makan atau main ke Timezone?"
"Terserah."
"Sebenarnya gue udah nggak kaget sama jawaban lo itu. Tapi bisa nggak, tinggal jawab makan dulu atau ke Timezone?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MAVENDRA [END]
Teen FictionMenaklukkan cewek dingin? Tidak ada di kamus milik Mavendra. Cowok dengan kain yang selalu melingkar di kepalanya. Ini semua karena dia mendapatkan dare dari sahabatnya untuk meluluhkan seorang cewek yang berwajah datar dan irit bicara. Ia kira, pe...