Aurora melepas helm dan menyerahkan ke Mavendra. Dia menata rambutnya yang berantakan akibat terkena angin.
"Gue duluan, Ra, udah sore juga. Nggak usah sedih lagi, gue bakalan selalu ada di samping lo. Jadi nggak usah ngerasa sendiri lagi, oke?"
Aurora diam tidak menjawab.
"Ya, udah. Kalau gitu gue pamit. See you calon pacar." Mavendra langsung melajukan motornya meninggalkan Aurora yang masih mematung.
Tiba-tiba kedua sudut bibirnya melengkung ke atas membentuk senyuman. Menggeleng pelan. "Kenapa, sih, Ra!" Ia menepuk kepalanya sendiri lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
***
Sekarang Mavendra sudah berada di kamarnya. Kamar bernuansa abu-abu dengan bau chocolate itu menjadi ciri khasnya sendiri.
Saat sedang asyik bermain ponsel, tak sengaja dia teringat oleh buku yang ia pinjam di perpustakaan beberapa minggu yang lalu. Dia pun beranjak dari kasur menuju ke meja belajar untuk mengambil buku tersebut.
Buku berjudul "Tips Meluluhkan Calon Pacar" itu sudah berada digenggamannya. Semoga saja, setelah dirinya membaca buku itu dan memahaminya, dia bisa mempunyai sedikit ilmu untuk meluluhkan hati calon pacarnya. Siapa lagi kalau bukan Aurora.
Mavendra merebahkan tubuhnya di kasur. Dia telungkup sembari membaca buku yang sedang ia bawa. Membuka satu persatu. Membacanya dengan wajah serius.
"Meluluhkan hati seorang yang cenderung dingin atau tertutup memerlukan kesabaran, pengertian, dan pendekatan yang tepat. Berikut beberapa tips yang bisa membantu anda."
Mavendra membaca bagian pertama. "Jadilah diri sendiri. Kejujuran dan autenticitas sangat penting. Jangan berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk mendapatkan perhatiannya."
***
Suasana kantin cukup ramai. Mavendra dan teman-temannya itu sedang menikmati makanan yang baru saja datang.
Dari arah pintu masuk kantin, dia tak sengaja melihat Aurora dan Rama. Tersenyum tipis dan melambaikan tangannya ke arah Aurora.
"Ra!" teriaknya.
Mavendra semakin senang karena Aurora berjalan ke arahnya. Tetapi kesenangan itu tak berselang lama, karena kedua sejoli itu duduk di depan Mavendra.
Ia berdiri seraya membawa semangkuk bakso. Niatnya untuk duduk bersama Aurora. Tetapi, saat Mavendra ingin berjalan tiba-tiba pergelangan tangannya itu di tarik oleh Airon.
"Mau ke mana lo?" tanya Airon.
"Mau ke situ." Mavendra menuju ke arah Aurora.
"Kayaknya kali ini lo cinta beneran, deh? Iya, kan?" Airon menggoda sahabatnya.
"Apalah." Mavendra langsung berjalan ke depan menuju ke Aurora. Dia duduk di samping cewek itu dan tersenyum tipis saat tatapan mereka saling bertemu. "Hai, Ra? Gue boleh duduk di sini?" tanya Mavendra.
"Bol—"
"Maaf, ya. Tapi kita berdua mau bahas hal penting. Jadi lo tahu, kan, apa yang gue maksud?" Rama memotong ucapan Aurora.
"Sepenting apa, sih? Kenapa nggak bahas di ruang OSIS? Di sini kantin, jadi siapa aja boleh duduk. Emangnya ini sekolah punya Bokap lo?"
"Ya, ini bukan sekolah milik Bokap gue. Tapi di sini gue sebagai ketua OSIS. Jadi jabatan gue lebih tinggi dari lo."
"Karena jabatan lo sebagai OSIS, jadi lo bangga gitu? Lo penguasa, kah? Apa sih, yang bisa dibanggakan OSIS di sekolah ini. Asal lo tahu, semenjak di pimpin lo, semua jadi berantakan."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAVENDRA [END]
Teen FictionMenaklukkan cewek dingin? Tidak ada di kamus milik Mavendra. Cowok dengan kain yang selalu melingkar di kepalanya. Ini semua karena dia mendapatkan dare dari sahabatnya untuk meluluhkan seorang cewek yang berwajah datar dan irit bicara. Ia kira, pe...