(03)

62 1 0
                                    

Amara Diana Kim

Jadwal kelasku dimulai pukul satu siang. Sedangkan jam di ponselku baru menunjukkan pukul enam pagi. Aku memutuskan hari ini untuk memulai hidup sehat yang sudah sejak tahun lalu aku rencanakan, namun tidak pernah terjadi.

"Kau mau kemana? Ini masih pagi sekali"
Suara Carly yang baru bangun terdengar serak karena masih pengar. Wanita itu pergi party semalam, dan pulang dengan keadaan sangat mabuk. Aku sedikit kewalahan menanganinya.

Carly sempat mengajakku, namun dengan tegas aku menolak, lalu memilih melanjutkan tugas essay ku yang sebelumnya tersendat karena aku menonton orang berkelahi bersamanya dibawah asrama.

Jalanan di depan asrama terlihat sepi, hanya sedikit mobil yang berlalu lalang. Aku mulai berlari, tak lupa sambil mendengarkan musik favoritku sejak aku di Indonesia. Perbedaan waktu Indonesia dan UK membuatku sedikit kewalahan menyesuaikan jam tidurku saat awal keberadaanku ditempat ini. Namun akhir-akhir ini aku sudah mulai terbiasa dengan semuanya.

"Uh? hai? kita bertemu lagi"
Suara itu datang dari sebelah kananku, dia berusaha menyamai kecepatanku berlari saat ini.

Aku melihat kearahnya, apakah dia si Pria Mata Hijau kemarin? Ternyata wajahnya tidak terlalu berantakan mengingat kemarin dia sudah di habisi oleh lawannya. Hanya sedikit lebam di sudut mata kirinya dan tulang pipi kanannya.
Dia menggunakan baju olahraga hoodie warna abu tanpa lengan yang membuat otot-ototnya sedikit terlihat.

"Kenapa kau diam saja? apakah aku terlihat seperti orang jahat?" sambungnya lagi. Sepertinya dia menyadari aku memperhatikan luka diwajahnya. Dia sedikit mengusap sudut matanya yang masih lebam, "Apakah luka ini terlihat aneh?" tanyanya. Senyum diwajahnya tercetak dalam setiap ucapan yang keluar dari mulutnya. Pria ini sedikit aneh sekaligus menarik.

Aku masih berusaha diam tidak menanggapinya. Karena merasa usahanya mengajakku berbicara sia-sia, kini pria itu berlari mundur, sambil menatapku dan berusaha mengimbangi kecepatanku.

Aku masih diam, agak takut meresponnya mengingat pria ini di dihabisi oleh lawannya karena rumornya yang merebut pacar orang. Aku ingin menjaga jarak dari orang-orang yang bermasalah seperti ini. Aku terus berlari tanpa menghiraukannya, mencoba fokus mendengarkan lagu di earphoneku.

BRUKKK

"Oh shit!" Pria itu memegang belakang kepalanya, dia baru saja menabrak tiang lampu jalan di belakangnya saat berlari mundur karena dia berada di trotoar.

Bibirku sedikit berkedut, aku meletakkan tangan didepan mulut dan menyamarkan tawa menjadi batuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bibirku sedikit berkedut, aku meletakkan tangan didepan mulut dan menyamarkan tawa menjadi batuk. Dia terlihat sangat lucu ketika meringis seperti itu.
"Are you okay?" aku masih mengulum senyumku, menjulurkan tangan kepadanya yang masih menekuk lututnya didepanku, bermaksud untuk membantunya berdiri. Dia terlihat kesakitan meringis memegang belakang kepalanya. Aku menjadi sedikit kasihan kepadanya.

TRAPPED IN THE PASTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang